Ternyata Budaya Gotong Royong di Lingkungan Perumahan Jakarta Masih Ada
Budaya gotong royong merupakan salah satu nilai luhur yang telah menjadi jantungnya masyarakat Indonesia sejak zaman dulu. Konsep gotong royong tidak hanya mencakup kerjasama antarindividu dalam suatu kelompok, tetapi juga mencerminkan rasa solidaritas, kepedulian, dan kebersamaan dalam mengatasi berbagai masalah bersama. Salah satu tempat di mana budaya gotong royong masih sangat kental terasa adalah di pedesaan. Semua desa-desa di negara kita ini sudah pasti menganut sistem kerjasama sosial yang disebut dengan nama 'Gotong Royong' dan hal itu tak perlu diragukan lagi. Tetapi bagaimana dengan gotong royong di kota-kota besar? Apakah masih ada? Mari disimak selengkapnya.
Di tengah perkembangan perkotaan yang pesat, budaya gotong royong menjadi semakin penting untuk dijaga dan dilestarikan, terutama dalam lingkungan perumahan di Jakarta. Banyak orang mengatakan bahwa di dalam lingkungan perumahan kota besar seperti Jakarta, gotong royong sudah hilang, bahkan dengan tetangga yang tinggal didepan rumahpun tidak saling mengenal satu sama lain. Itu memang ada benarnya, tapi juga tidak seluruhnya benar. Meskipun saya adalah mantan warga pendatang di kampung Kembangan, Jakarta Barat, saya sering mengamati kehidupan para tetangga di lingkungan tempat tinggal saya. Mereka semuanya baik, suka menolong warga pendatang yang butuh pertolongan. Mereka juga suka bergotong-royong dalam membuat sesuatu, seperti ketika musim hujan datang, semua warga bergotong royong membersihkan selokan, membersihkan sampah di jalan, membantu orang tua renta yang sedang butuh bantuan, dan sebagainya. Meskipun Jakarta dikenal sebagai kota metropolitan yang padat dan sibuk, namun di balik kemacetan dan hiruk pikuknya, terdapat kehidupan sosial yang hangat dan penuh kebersamaan di dalam lingkungan perumahan.
Salah satu contoh nyata dari budaya gotong royong di lingkungan perumahan Jakarta adalah dalam hal kebersihan lingkungan. Warga saling bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar, seperti halaman rumah, jalanan, dan fasilitas umum lainnya. Hal ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan kepedulian antarwarga. Rasa kebersamaan itu terjalin bukan hanya dalam lingkup satu RT, tetapi juga melibatkan banyak RT atau bahkan beberapa lingkungan RW.
Selain dalam hal kebersihan, budaya gotong royong juga tercermin dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Warga perumahan seringkali mengadakan kegiatan bersama, seperti arisan, pengajian, atau kegiatan sosial lainnya. Hal ini menjadi momen penting untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga dan menjaga keharmonisan dalam lingkungan perumahan. Jadi, apabila ada seseorang yang mengatakan bahwa gotong royong di perumahan Jakarta sudah hiang, itu tidak sepenuhnya benar. Gotong royong itu masih ada di perumahan-perumahan Jakarta, kecuali di perumahan elit. Rasa kebersamaan dalam bentuk gotong royong di perumahan elit yang dihuni oleh bos-bos besar semacam direktur, diplomat, selebritis, dsb biasanya memang sudah hilang. Dulu, saya sering melihat dengan mata kepala saya sendiri ketika ada beberapa penghuni perumahan elit yang sedang keluar rumah dan kebetulan bertatapan mata pun seolah-olah mereka tidak saling kenal, bahkan memalingkan muka. Rasa solidaritas di perumahan elit memang sangat mahal, gotong royong adalah sesuatu yang mustahil ada di perumahan elit. Ketika saya memasuki wilayah perumahan warga biasa rasanya lebih nyaman, para warga selalu menyapa dengan ramah, menanyakan asal-usul juga terasa seperti mengobrol dengan tetangga. Ketika saya memasuki perumahan elit disebabkan ada tugas untuk menemui penghuni disana, selalu saja berhadapan dengan security yang berwajah garang, KTP ditahan, ditanya ini itu, digeledah, baru boleh masuk.
Semua itu tadi akan dialami oleh siapapun yang memasuki perumahan elit, beda rasanya dengan masuk ke perumahan warga biasa di Jakarta. Budaya gotong royong di lingkungan perumahan Jakarta juga tercermin dalam solidaritas dalam mengatasi berbagai masalah bersama. Ketika ada warga yang mengalami musibah atau kesulitan, warga lainnya dengan sukarela memberikan bantuan dan dukungan, baik secara moral maupun material. Hal ini menunjukkan bahwa budaya gotong royong masih sangat hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Jakarta. Gotong royong itu masih ada.
Dalam menghadapi tantangan perkotaan yang kompleks, seperti kemacetan, polusi, dan berbagai masalah lainnya, budaya gotong royong di lingkungan perumahan Jakarta menjadi kunci utama dalam menciptakan kebersamaan dan kesejahteraan bersama. Dengan mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai gotong royong, diharapkan lingkungan perumahan Jakarta dapat tetap menjadi tempat yang nyaman, aman, dan harmonis untuk ditinggali oleh seluruh warganya.
SUMBER:
-Pengalaman pibadi selama tinggal 6 bulan di Kembangan, Jakarta Barat.
Komentar