Fakta Lengkap Siapakah Julius Caesar Yang Pernah Diculik Bajak Laut - JATIGIFT

Fakta Lengkap Siapakah Julius Caesar Yang Pernah Diculik Bajak Laut

 



Fakta Lengkap Siapakah Julius Caesar Yang Pernah Diculik Bajak Laut

Gaius Julius Caesar (100 SM – 44 SM) adalah seorang jenderal, negarawan, dan penulis Romawi yang memainkan peran penting dalam transisi dari Republik Romawi ke Kekaisaran Romawi. Kehidupan dan pencapaiannya telah menjadi subjek studi dan diskusi selama berabad-abad. Berikut adalah beberapa fakta menarik yang membuat Julius Caesar terkenal:


ASAL USUL JULIUS CAESAR

Julius Caesar, salah satu tokoh terpenting dalam sejarah Romawi, lahir pada 12 Juli 100 SM di Subura, sebuah kawasan padat penduduk di Roma. Meskipun lahir di daerah yang ramai dan sederhana, ia berasal dari keluarga bangsawan gens Julia, yang memiliki pengaruh besar di Roma kuno. Gens Julia adalah salah satu keluarga patricius (bangsawan) yang sangat dihormati, dan mereka secara historis memiliki posisi penting dalam politik dan budaya Romawi. Hal yang menarik adalah klaim keluarga Caesar tentang asal-usul mereka. Mereka menganggap diri mereka sebagai keturunan langsung dari Venus, dewi cinta dan kecantikan dalam mitologi Romawi. Klaim ini diperkuat dengan keyakinan bahwa mereka adalah penerus Aeneas, seorang pahlawan besar dari Troya yang disebut-sebut sebagai pendiri bangsa Romawi setelah melarikan diri dari kehancuran Troya.


Dengan klaim keturunan ilahi ini, keluarga Caesar memanfaatkan legitimasi mitologis untuk memperkuat status mereka dalam masyarakat Romawi. Dalam budaya Romawi, hubungan dengan dewa atau pahlawan legendaris memberikan keuntungan politik dan sosial yang signifikan, sehingga memungkinkan Julius Caesar untuk memulai perjalanan politiknya dengan dukungan dari nama keluarganya yang terhormat. Meskipun Roma pada masa itu sedang dilanda ketidakstabilan politik, asal usul dan garis keturunan Caesar membantu membangun reputasi awalnya sebagai pemimpin potensial yang berakar pada tradisi dan nilai-nilai Romawi. Warisan ini tidak hanya memberikan kebanggaan bagi keluarga Caesar tetapi juga menjadi dasar dari ambisi besar yang membawanya pada peran penting dalam membentuk sejarah Romawi dan dunia.


PENDIDIKAN DAN AWAL KARIER JULIUS CAESAR

Sejak masa mudanya, Julius Caesar telah menunjukkan bakat luar biasa dalam orasi dan hukum, dua kemampuan penting yang membantunya membangun karier politiknya di Republik Romawi. Untuk mengasah potensinya, Caesar menempuh pendidikan formal di Rhodes, sebuah pusat pembelajaran terkenal pada zaman itu. Di sana, ia belajar retorika di bawah bimbingan Apollonius Molon, seorang orator dan guru retorika terkemuka yang juga pernah mengajar Cicero. Pendidikan ini membekali Caesar dengan kemampuan berpidato yang memukau dan strategi diplomasi yang cemerlang, memungkinkan dia untuk memengaruhi massa dan elit politik dengan efektif. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Caesar kembali ke Roma dengan wawasan dan keterampilan baru yang segera ia manfaatkan dalam dunia politik yang kompleks dan penuh persaingan.


Langkah pertama Caesar di panggung politik dimulai pada tahun 69 SM ketika ia menjabat sebagai quaestor, sebuah posisi administratif penting dalam struktur pemerintahan Romawi. Sebagai quaestor, Caesar bertugas mengelola keuangan negara dan mengawasi pelaksanaan hukum, yang memberinya pengalaman berharga tentang birokrasi dan pengelolaan kekuasaan. Kariernya terus menanjak ketika pada tahun 65 SM ia diangkat menjadi aedile, jabatan yang bertanggung jawab atas infrastruktur kota, permainan publik, dan festival. Selama menjadi aedile, Caesar tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga memanfaatkan posisinya untuk meningkatkan popularitas di kalangan rakyat melalui penyelenggaraan acara-acara hiburan yang mewah. Tindakan ini membuat namanya semakin dikenal karena sesungguhnya dia memang seniman ulung yang 'dulunya' dicintai masyarakat Romawi, bakat seninya juga dia manfaatkan sekaligus untuk memperkuat posisinya di antara para pesaing politik.


Melalui kombinasi pendidikan yang mendalam, keterampilan retorika yang luar biasa, jiwa seni yang tinggi, dan strategi politik yang cerdas, Julius Caesar berhasil membangun fondasi kariernya yang kuat, membuka jalan untuk pencapaian-pencapaian besar di masa depan. Julius Caesar membangun komunikasi dan mendukung generasi muda yang berjiwa seni, bahkan mayoritas pendukungnya adalah dari kekuatan generasi muda Romawi pada masa itu. Julius Caesar juga membangun hubungan baik dengan para petinggi diluar Romawi, terutama dengan para bangsawan. Kesuksesan awal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dan penguasaan komunikasi dalam perjalanan seorang pemimpin, terutama di era Republik Romawi yang penuh dengan intrik dan persaingan.


PENGALAMAN DICULIK OLEH BAJAK LAUT

Pada tahun 75 SM, ketika Julius Caesar berusia 25 tahun, ia mengalami peristiwa yang tak terlupakan dalam hidupnya saat melakukan perjalanan melintasi Laut Aegea. Di tengah perjalanannya, Caesar diculik oleh sekelompok bajak laut dari Cilicia, wilayah yang terkenal sebagai sarang bajak laut di era tersebut. Para bajak laut meminta tebusan sebesar 20 talenta perak untuk kebebasan Caesar. Namun, dengan penuh percaya diri dan keberanian, Caesar justru menertawakan permintaan itu dan memerintahkan agar mereka menaikkan tebusan menjadi 50 talenta, menunjukkan betapa ia menghargai dirinya lebih tinggi daripada yang diperkirakan para penculiknya.


Selama 38 hari dalam penyanderaan, Caesar tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Ia malah memperlakukan para bajak laut itu dengan sikap superior, seperti seorang pemimpin terhadap bawahannya. Caesar bahkan bercanda bahwa suatu hari ia akan kembali untuk menangkap dan menghukum mereka. Setelah uang tebusan dibayarkan oleh pengikutnya, Caesar dibebaskan, tetapi ia tidak tinggal diam. Dengan tekad yang kuat, ia segera merekrut pasukan dan mengejar para bajak laut tersebut. Dalam waktu singkat, Caesar berhasil menemukan mereka, menangkap seluruh kelompok bajak laut, membalas dendam atas perlakuan bajak laut kepadanya, dan mengeksekusi mereka sesuai dengan hukum Romawi.


Kisah ini tidak hanya menunjukkan keberanian dan keteguhan hati Julius Caesar, tetapi juga memberikan gambaran awal tentang kepribadiannya yang tegas, ambisius, dan penuh perhitungan. Pengalaman ini menjadi salah satu bukti nyata kecerdasan strategisnya dan kemampuannya untuk mengubah situasi sulit menjadi kemenangan pribadi. Peristiwa tersebut semakin memperkuat reputasi Caesar sebagai sosok pemimpin yang berani, berwibawa, dan tidak pernah tunduk pada keadaan.


MEMIMPIN PERANG GALIA ATAU GALLICO

Sebagai komandan Legiun XIII, Julius Caesar menunjukkan kepiawaian militernya dalam Perang Galia yang berlangsung dari tahun 58 hingga 50 SM. Perang ini menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam karier militer Caesar, di mana ia berhasil menaklukkan wilayah luas yang kini meliputi Prancis, Belgia, dan sebagian Swiss. Ekspedisi militer ini dimulai dengan tujuan untuk memperluas pengaruh Republik Romawi dan meredam ancaman dari suku-suku Galia yang kerap mengganggu perbatasan Romawi. Namun, di balik kampanye tersebut, Caesar juga memiliki ambisi pribadi untuk memperkuat posisinya dalam politik Romawi. Dengan kepemimpinannya yang karismatik, strategi militer yang cermat, serta disiplin ketat yang diterapkannya pada Legiun XIII, Caesar mampu mengatasi perlawanan sengit dari suku-suku Galia, termasuk pertempuran ikonik seperti pengepungan Alesia di tahun 52 SM.


Prestasi militer Caesar dalam Perang Galia tidak hanya memperluas wilayah kekuasaan Romawi, tetapi juga meningkatkan popularitasnya di mata rakyat dan tentara. Selain keberhasilannya di medan perang, Caesar mengabadikan kampanye militer ini melalui karyanya yang terkenal, 'Commentarii de Bello Gallico' (Catatan tentang Perang Galia). Karya tulis ini memberikan gambaran detail tentang strategi perangnya, kondisi medan tempur, serta kehidupan suku-suku Galia yang ditaklukkannya. Dengan gaya bahasa yang lugas dan objektif, Caesar tidak hanya mencatat peristiwa-peristiwa penting tetapi juga memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang cerdas, berani, dan berjasa besar bagi Roma. Karya ini menjadi salah satu literatur militer paling berharga dalam sejarah dan memberikan wawasan mendalam tentang taktik perang serta politik pada masa Republik Romawi.


Melalui Perang Galia, Julius Caesar tidak hanya berhasil menorehkan prestasi militer luar biasa, tetapi juga membangun fondasi kekuasaannya yang kelak membawanya menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Romawi. Kepemimpinannya atas Legiun XIII dan keberhasilannya menaklukkan wilayah Galia membuktikan kecakapannya sebagai komandan perang ulung sekaligus pemimpin yang visioner.


PENAKLUKAN INGGRIS OLEH JULIUS CAESAR DAN PASUKANNYA

Pada tahun 55 dan 54 SM, Julius Caesar memimpin ekspedisi militer pertama Romawi ke Britannia (Inggris), sebuah wilayah yang saat itu masih dianggap misterius dan belum dikenal sepenuhnya oleh dunia Romawi. Ekspedisi ini dilakukan sebagai bagian dari kampanye Caesar dalam memperluas pengaruh Romawi di luar Galia dan menunjukkan kekuatan militernya. Pada tahun 55 SM, Caesar memulai serangan awal dengan membawa dua legiun melintasi Selat Inggris. Namun, kondisi cuaca yang buruk, perlawanan sengit dari suku-suku Britania, dan kurangnya informasi tentang medan tempur membuat ekspedisi pertama ini tidak berjalan mulus. Meski demikian, keberhasilan Caesar dalam mendarat di tanah Britania merupakan pencapaian penting yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin Romawi sebelumnya.


Tidak menyerah begitu saja, pada tahun 54 SM, Julius Caesar kembali memimpin ekspedisi kedua dengan persiapan yang lebih matang. Kali ini, ia membawa lima legiun dan pasukan berkuda dalam jumlah besar. Berkat strategi militer yang cermat, Caesar berhasil menundukkan beberapa suku lokal, termasuk suku Catuvellauni, yang merupakan kekuatan dominan di wilayah tersebut. Meskipun Caesar tidak mendirikan koloni atau menguasai wilayah secara permanen, ekspedisi ini memiliki dampak signifikan. Kedua ekspedisi tersebut membuka jalan bagi penaklukan Romawi di masa mendatang, yang akhirnya terjadi hampir satu abad kemudian di bawah pemerintahan Kaisar Claudius. Dengan keberanian dan kepemimpinannya, Caesar menggunakan misi ini untuk memperkuat reputasinya di mata rakyat Romawi dan menunjukkan dominasi Romawi di Eropa Barat serta menegaskan peran Caesar sebagai pemimpin visioner yang membuka cakrawala baru bagi kekuasaan Romawi.


ALIANSI POLITIK DENGAN POMPEIUS DAN CRASSIUS

Pada tahun 60 SM, Julius Caesar membentuk Triumvirat Pertama, sebuah aliansi politik yang melibatkan dirinya bersama Pompeius Magnus dan Marcus Licinius Crassus. Aliansi ini muncul di tengah ketidakstabilan politik Republik Romawi dan menjadi kekuatan dominan selama beberapa tahun. Tujuan utama pembentukan Triumvirat adalah untuk menggabungkan pengaruh, kekuasaan, dan sumber daya ketiga tokoh tersebut demi mencapai ambisi politik pribadi mereka. Julius Caesar, yang saat itu sedang naik daun dalam karier politiknya, membutuhkan dukungan untuk mengamankan posisinya sebagai konsul dan mendapatkan legitimasi bagi kampanye militer di Galia. Pompeius, seorang jenderal ternama dengan reputasi militer yang gemilang, menginginkan validasi atas kebijakan dan tanah yang diberikan kepada para veteran perangnya. Sementara itu, Crassus, yang dikenal sebagai orang terkaya di Roma, melihat aliansi ini sebagai cara untuk memperluas pengaruh dan melindungi kepentingan bisnisnya.


Triumvirat Pertama bukanlah aliansi resmi di bawah hukum Romawi, melainkan kesepakatan pribadi antara tiga tokoh paling berkuasa di Roma saat itu. Dengan mengontrol senat dan kebijakan publik melalui pengaruh mereka, Triumvirat berhasil memonopoli politik Romawi. Pada 59 SM, Caesar terpilih sebagai konsul, berkat dukungan dari aliansi ini, dan ia memanfaatkan posisinya untuk memenuhi kepentingan rekan-rekannya, termasuk memastikan kebijakan Pompeius terkait tanah veteran terlaksana. Selain itu, Caesar juga mendapatkan mandat untuk memimpin kampanye militer di Galia, yang kelak memperkuat reputasinya sebagai pemimpin militer ulung.


Namun, meskipun Triumvirat Pertama memberi keuntungan besar bagi ketiga anggotanya, aliansi ini tidak sepenuhnya stabil. Ketegangan mulai muncul akibat perbedaan kepentingan dan ambisi pribadi masing-masing tokoh. Kematian Crassus dalam pertempuran melawan Parthia pada 53 SM semakin melemahkan keseimbangan kekuatan, dan hubungan antara Caesar dan Pompeius memburuk hingga berujung pada perang saudara beberapa tahun kemudian.


Pembentukan Triumvirat Pertama menandai langkah penting dalam sejarah politik Republik Romawi. Aliansi ini menunjukkan bagaimana kolaborasi strategis antar individu berpengaruh dapat mengontrol pemerintahan dan merombak struktur kekuasaan. Bagi Julius Caesar, Triumvirat menjadi batu loncatan penting yang membawanya menuju puncak kejayaan dan membuka jalan bagi transisi dari Republik menuju Kekaisaran Romawi.


PERANG SAUDARA DAN KEMENANGAN ATAS POMPEIUS

Konflik antara Julius Caesar dan Pompeius Magnus mencapai puncaknya dalam Perang Saudara Romawi yang berlangsung dari 49 hingga 45 SM, sebuah konflik yang mengubah sejarah Republik Romawi. Ketegangan bermula setelah berakhirnya Triumvirat Pertama dan meningkatnya persaingan antara kedua tokoh besar ini. Caesar, yang kembali dari kampanye militer sukses di Galia, menghadapi perlawanan dari Senat Romawi yang dipimpin oleh Pompeius. Ketika Senat memerintahkan Caesar untuk melepaskan kendali atas pasukannya, ia menolak dan melintasi Sungai Rubicon pada tahun 49 SM, sebuah tindakan yang dianggap sebagai deklarasi perang terhadap Republik.


Pertempuran besar terjadi pada tahun 48 SM di Pharsalus, Yunani, di mana pasukan Caesar yang berjumlah lebih kecil berhasil mengalahkan tentara Pompeius yang lebih besar dan lebih terlatih. Berkat strategi militer yang brilian dan dukungan kuat dari legiun yang loyal, Caesar memanfaatkan kelemahan pasukan Pompeius dan memenangkan pertempuran tersebut dengan telak. Kekalahan ini memaksa Pompeius melarikan diri ke Mesir, di mana ia akhirnya dibunuh atas perintah firaun Ptolemeus XIII.


Kemenangan di Pharsalus menegaskan keunggulan militer dan politik Julius Caesar, sekaligus membuka jalan baginya untuk menjadi penguasa tunggal Roma. Setelah perang saudara berakhir, Caesar mengambil langkah-langkah penting untuk memperkuat kekuasaannya, termasuk reformasi politik dan sosial yang mengakhiri era kekacauan di Republik. Perang Saudara Romawi menandai titik balik dalam sejarah Romawi, dari republik menuju kekaisaran yang dikuasai oleh satu pemimpin.


MENJADI SEORANG DIKTATOR YANG SANGAT DIHORMATI, DICINTAI, SEKALIGUS DITAKUTI

Setelah menjadi diktator pada tahun 49 SM, Julius Caesar meluncurkan serangkaian reformasi besar yang bertujuan memperkuat Roma dan mengatasi berbagai masalah sosial-politik yang melanda Republik. Salah satu reformasi terpentingnya adalah pemberian kewarganegaraan kepada penduduk provinsi yang setia kepada Roma, terutama di wilayah-wilayah Galia dan Spanyol. Langkah ini bertujuan untuk memperluas basis dukungan politiknya sekaligus mempererat hubungan antara Roma dan provinsi-provinsinya, menciptakan fondasi yang lebih kokoh untuk stabilitas kekaisaran di masa depan.

Selain itu, Caesar memperkenalkan Kalender Julian pada tahun 45 SM, sebuah reformasi monumental yang menggantikan sistem kalender Romawi lama yang tidak akurat. Kalender Julian, yang dihitung berdasarkan tahun matahari, menjadi dasar dari kalender Gregorian yang digunakan di seluruh dunia saat ini. Dengan reformasi ini, Caesar memastikan keberlanjutan sistem waktu yang lebih terorganisir dan seragam, yang sangat penting bagi pemerintahan dan perdagangan.

Caesar juga mengambil langkah berani melalui reformasi tanah, dengan membagikan tanah kepada para veteran perang dan penduduk miskin. Kebijakan ini bertujuan mengurangi ketimpangan sosial dan memastikan kesejahteraan bagi mereka yang setia kepadanya. Reformasi ini meningkatkan loyalitas di antara rakyat dan legiun yang mendukungnya.


DIKTATOR SEUMUR HIDUP

Pada 44 SM, Julius Caesar diangkat sebagai 'diktator seumur hidup' (dictator perpetuo), sebuah gelar yang menandakan konsentrasi kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Romawi. Pengangkatan Caesar ke posisi ini terjadi setelah serangkaian kemenangan militer yang luar biasa, yang memperkuat posisi politiknya di Roma. Gelar ini memberikan Caesar kontrol mutlak atas pemerintahan Roma tanpa batasan waktu, yang sebelumnya hanya diberikan untuk masa darurat tertentu dan biasanya terbatas pada enam bulan. Namun, gelar 'diktator seumur hidup' menciptakan ketegangan di kalangan elit Romawi yang takut akan hilangnya kebebasan republik dan mengarah pada kekuasaan absolut. Keputusan ini menunjukkan bagaimana Caesar, yang pada awalnya hanya seorang jenderal, berhasil mengonsolidasikan kekuatan dan mengubah sistem pemerintahan Roma menjadi lebih terpusat, mengancam prinsip-prinsip republik yang telah berlangsung selama berabad-abad. Meskipun demikian, kebijakan otoriter Caesar memicu ketegangan politik dan akhirnya berujung pada pembunuhannya pada 44 SM, tepatnya 15 Maret 44 SM, dikenal sebagai 'Ides of March', Caesar dibunuh oleh sekelompok senator yang dipimpin oleh Brutus dan Cassius yang menandai titik balik dalam sejarah Roma, membuka jalan bagi transisi menuju Kekaisaran Roma di bawah kepemimpinan Augustus.


WARISAN BERHARGA JULIUS CAESAR

Selain dikenal sebagai pemimpin militer dan politik yang luar biasa, Julius Caesar juga merupakan seorang penulis yang produktif. Karya-karya tulisannya, seperti Commentarii de Bello Gallico (Komentar Tentang Perang Gallic) dan Commentarii de Bello Civili (Komentar Tentang Perang Saudara), memberikan wawasan berharga mengenai kampanye militer yang ia pimpin serta pandangannya terhadap politik pada masa itu. Dalam Commentarii de Bello Gallico, Caesar menceritakan pertempuran-pertempuran yang terjadi selama penaklukan Galia, dengan gaya penulisan yang jelas dan metodis, yang tidak hanya memperlihatkan kecerdikan strategi militer, tetapi juga ambisi politiknya. Sementara dalam Commentarii de Bello Civili, Caesar menulis tentang perang saudara yang terjadi antara dirinya dan Pompeius, yang pada akhirnya mengantarkannya pada kekuasaan absolut di Roma. Karya-karya ini tidak hanya berfungsi sebagai catatan sejarah, tetapi juga sebagai alat propaganda untuk membentuk citra dirinya sebagai pemimpin yang bijaksana dan kuat di mata rakyat Roma. Melalui tulisan-tulisan ini, Caesar dapat mengontrol narasi mengenai tindakannya, mempengaruhi opini publik, dan mengukuhkan posisinya dalam sejarah. Karya-karya tersebut tetap menjadi referensi penting bagi para sejarawan dan pembaca modern yang ingin memahami politik, militer, serta strategi yang digunakan oleh salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Romawi.


PENGARUH NAMA 'CAESAR' DI DUNIA POLITIK

Nama 'Caesar' memiliki pengaruh yang sangat besar dalam dunia politik, terutama setelah Julius Caesar menduduki posisi kekuasaan yang hampir absolut di Roma. Setelah kematiannya, gelar 'Caesar' tetap menjadi julukan simbol kekuasaan yang dipegang oleh para penerusnya. Para kaisar Romawi berikutnya mengadopsi nama ini sebagai bagian dari gelar mereka, menandakan otoritas dan supremasi yang mereka pegang atas kekaisaran. Gelar 'Caesar' akhirnya menjadi sinonim untuk 'penguasa' atau 'kaisar', yang mencerminkan kedudukan tertinggi dalam sistem pemerintahan monarki di Romawi dan pengaruhnya terhadap politik dunia.


Pengaruh nama 'Caesar' meluas hingga ke berbagai bahasa dan budaya di luar Romawi. Dalam bahasa Jerman, gelar 'Kaiser' digunakan untuk merujuk pada penguasa tertinggi, yang secara langsung berasal dari kata 'Caesar'. Begitu pula dalam bahasa Rusia, nama 'Tsar' atau 'Czar' yang dipakai untuk penguasa Rusia, juga merupakan adaptasi dari 'Caesar'. Hal ini menunjukkan betapa luasnya dampak dari nama tersebut, yang terus bertahan dalam sejarah dan menjadi simbol kekuasaan yang tidak hanya terbatas pada Romawi. Nama 'Caesar' mencerminkan warisan politik yang ditinggalkan oleh Julius Caesar, yang terus digunakan sebagai penanda otoritas, tidak hanya di dunia Barat, tetapi juga di berbagai belahan dunia.


AKHIR KATA

Julius Caesar adalah sosok yang kompleks dan sangat berpengaruh dalam sejarah dunia, dengan pencapaian luar biasa dalam berbagai bidang, termasuk militer, politik, dan budaya. Sebagai jenderal, ia berhasil menaklukkan Galia dan memperluas wilayah Kekaisaran Romawi, memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang tak tertandingi. Di bidang politik, Caesar mengubah struktur pemerintahan Romawi dengan konsolidasi kekuasaan yang membawa Roma dari sistem republik menuju monarki yang lebih terpusat. Pencapaiannya dalam reformasi sosial dan ekonomi juga menunjukkan visinya yang lebih luas terhadap kesejahteraan rakyat Roma. Selain itu, sebagai seorang penulis, karya-karyanya seperti Commentarii de Bello Gallico menjadi sumber penting dalam sejarah Romawi dan memberikan wawasan tentang perang serta strategi politik yang diterapkan. Warisan Julius Caesar tidak hanya terbatas pada masa hidupnya, tetapi terus berlanjut hingga saat ini. Gelar 'Caesar' yang digunakan oleh kaisar berikutnya, serta pengaruh ideologi dan sistem pemerintahannya, tetap terasa dalam politik modern, menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dunia.


REFERENSI:

1. https://www.britannica.com/biography/Julius-Caesar-Roman-ruler
2. https://www.biography.com/political-figures/julius-caesar
3. https://www.bbc.co.uk/history/historic_figures/caesar_julius.shtml
4. https://www.livescience.com/julius-caesar
5. https://www.britannica.com/summary/Julius-Caesar-Roman-ruler
6. https://www.thecollector.com/julius-caesar-general-dictator-roman-world/
7. https://study.com/academy/lesson/video/julius-caesars-early-life-parents.html
8. https://www.youtube.com/watch?v=xuHwfm2lHrk&pp=ygUXanVsaXVzIGNhZXNhciBiaW9ncmFwaHk%3D
9. https://www.youtube.com/watch?v=wgPymD-NBQU&pp=ygUXanVsaXVzIGNhZXNhciBiaW9ncmFwaHk%3D

Posting Komentar