Penggunaan bahasa dalam diplomasi internasional memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan dan citra suatu negara. Beberapa pemimpin dunia memilih untuk selalu berbicara dalam bahasa ibu mereka dalam forum internasional, sementara yang lain berusaha menggunakan bahasa Inggris meskipun kemampuannya terbatas. Pilihan ini dapat mempengaruhi persepsi publik dan efektivitas komunikasi, bahkan bisa dianggap sebagai pemaksaan diri terhadap sesuatu yang tidak dikuasai oleh seorang pemimpin suatu negara.
KEPALA NEGARA YANG MEMILIH MENGGUNAKAN BAHASA INGGRIS DI FORUM INTERNASIONAL
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah menunjukkan kemampuannya berbahasa Inggris di beberapa forum internasional, salah satunya saat memberikan presentasi dalam bahasa Inggris pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Beijing pada November 2014. Meski gaya bicaranya terdengar sederhana dan dipengaruhi aksen Jawa Tengah yang kental dan medhok, pidato tersebut menuai pujian karena dianggap mencerminkan karakter khas masyarakat Indonesia.
Tetapi, saya sebagai penulis di blog ini sangat merasa prihatin dengan etika para netizen di Indonesia yang gemar menghina dan mengolok-olok, bahkan melecehkan mantan simbol negara. Beliau memang sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden dan sudah digantikan oleh Bapak Jenderal Prabowo Subianto, alangkah baiknya kita tetap menghormati dan menghargai apapun jasa Beliau ketika masih menjabat sebagai presiden RI. Meskipun saya tidak pernah memilih Beliau, namun saya sangat respect pada apapun yang sudah Beliau lakukan untuk negeri ini dari Aceh sampai Papua. Saya bosan dan merasa miris ketika melihat beranda instagram selalu saja ada video editan 'Wi Wok de Tok, Not Onle Tok de Tok' yang menampilkan sosok Bapak Jokowi dalam sambutannya di upacara pembukaan Hannover Messe pada tahun 2023 yang membahas tentang lingkungan hidup dan ekonomi hijau.....Pidato itu kan terjadi pada tahun 2023, kenapa dibikin viral sekarang? Dan kenapa video itu diedit dengan tambahan adanya penonton komedi yang sedang tertawa? Mari kita belajar untuk menghargai dan menghormati orang lain.
Ada lagi suatu kasus di mana pemimpin negara yang 'dianggap' tidak fasih berbahasa Inggris (padahal sangat fasih) tetap memilih untuk menggunakannya dalam pertemuan internasional. Misalnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mengalami kesulitan saat menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris pada sebuah konferensi pers di New York. Dalam situasi tersebut, SBY terdiam sejenak dan memerlukan bantuan penerjemah untuk memahami pertanyaan yang diajukan. Perlu dicatat disini bahwa itu bukan berarti Bapak SBY tidak fasih bebahasa inggris, namun inilah sikap hati-hati yang beliau lakukan untuk menghindari kesalahan persepsi dari para peserta pertemuan internasional yang tentu saja berasal dari berbagai negara dengan logat bahasa inggris yang berbeda-beda.
Meskipun SBY dikenal memiliki kemampuan bahasa Inggris yang sangat baik, insiden ini menunjukkan bahwa semua manusia dapat merasakan kelelahan fisik dan mental akibat adanya aktifitas yang berlangsung terus-menerus tanpa jeda sama seperti yang dialami oleh Bapak SBY beberapa tahun yang lalu. Bahkan Prof.DR.Ing BJ Habibie yang luar biasa jenius dan menguasai bahasa Inggris sampai ke akar-akarnya pun juga pernah lupa dan terdiam beberapa detik untuk mencerna tata bahasa yang beliau pergunakan di forum internasional. Hal ini juga menunjukkan bahwa penggunaan bahasa asing dalam situasi formal dapat menimbulkan tantangan tersendiri, terutama ketika tubuh sudah merasakan kelelahan namun tetap dipaksakan untuk beraktifitas. Kesalahan sekecil apapun dalam berbahasa Inggris dapat berdampak pada pemahaman dan citra pemimpin itu sendiri di mata internasional.
CONTOH PARA PEMIMPIN BEBERAPA NEGARA YANG KONSISTEN MENGGUNAKAN BAHASANYA SENDIRI
Sebaliknya, beberapa pemimpin dunia memilih untuk selalu menggunakan bahasa ibu mereka dalam forum internasional. Presiden Rusia, Vladimir Putin, misalnya, selalu berbicara dalam bahasa Rusia dalam setiap kesempatan internasional. Bahkan, dalam sebuah forum ekonomi, Putin menegur seorang CEO asal Jerman yang bertanya dalam bahasa Inggris dan mendorongnya untuk menggunakan bahasa Jerman. Hal ini menunjukkan komitmen Putin terhadap bahasa, kedaulatan bangsa, dan identitas nasionalnya.
Demikian pula, Kaisar Jepang dan para pemimpin Jepang lainnya cenderung menggunakan bahasa Jepang dalam pertemuan internasional. Meskipun banyak yang mampu berbahasa Inggris, mereka lebih memilih bahasa ibu mereka sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya dan identitas nasional.
Hal yang sama juga dapat dilihat dari Presiden Korea Utara, Kim Jong-un, yang selalu menggunakan bahasa Korea dalam forum, khususnya ketika dalam forum tersebut dihadiri oleh tamu asing dan wartawan asing. Dengan menggunakan penerjemah profesional, ia memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan tetap akurat dan tanpa distorsi. Kim Jong Un diketahui memiliki kemampuan berbahasa Inggris, yang terlihat dalam interaksinya dengan mantan bintang NBA Dennis Rodman, di mana ia berbicara panjang lebar secara langsung tanpa penterjemah. Namun, dalam pertemuan resmi seperti dengan Donald Trump atau wartawan asing, Kim Jong Un lebih memilih menggunakan bahasa Korea dengan bantuan penerjemah resmi yang dia pilih melewati serangkaian seleksi yang ketat. Pilihan ini selalu menjadi keputusannya agar dicontoh oleh semua bawahannya bahwa bahasa nasional Korea harus selalu dijunjung tinggi sebagai bahasa resmi kenegaraan dan juga sebagai bahasa ibu bagi setiap warga negara Korea Utara. Selain itu, bahasa Korea juga mencerminkan kebanggaannya terhadap bahasa nasional dan kehati-hatiannya dalam menyampaikan pesan diplomatik agar tetap akurat dan tidak disalahartikan, karena Kim Jong Un memahami bahwa apabila dia menggunakan bahasa Inggris pasti akan ada kemungkinan untuk disalah artikan sehingga dapat merugikan Korea Utara.
MANFAAT MENGGUNAKAN BAHASA IBU DALAM DIPLOMASI
Penggunaan bahasa ibu dalam diplomasi memiliki beberapa keuntungan:
1) Penghormatan terhadap Identitas Nasional
Berbicara dalam bahasa nasional di panggung internasional menegaskan identitas dan kedaulatan suatu negara.
2) Menghindari Kesalahpahaman
Berkomunikasi dalam bahasa yang dikuasai sepenuhnya mengurangi risiko kesalahan interpretasi yang dapat terjadi akibat keterbatasan bahasa asing.
3) Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pemimpin yang berbicara dalam bahasa ibu cenderung lebih percaya diri dan mampu menyampaikan pesan dengan lebih efektif.
4) Mendorong Penggunaan Penerjemah Profesional
Dengan menggunakan bahasa ibu, peran penerjemah menjadi vital, memastikan bahwa pesan disampaikan dengan akurat tanpa distorsi.
TENTANGAN DAN PERSEPSI PUBLIK TERHADAP KUALITAS SEORANG PEMIMPIN
Namun, pilihan untuk tidak menggunakan bahasa Inggris juga dapat menimbulkan tantangan, terutama dalam konteks global di mana bahasa Inggris sering dianggap sebagai lingua franca. Beberapa pihak mungkin menilai bahwa ketidakmampuan atau ketidakmauan seorang pemimpin untuk berbicara dalam bahasa Inggris mencerminkan kurangnya keterbukaan atau kemampuan beradaptasi dengan komunitas internasional, meskipun hal ini tidak sepenuhnya benar.
Sebagai contoh, Kanselir Jerman Angela Merkel jarang berbicara dalam bahasa Inggris di forum-forum internasional yang sering diadakan beberapa waktu yang lalu, meskipun ia memiliki kemampuan dasar dalam bahasa tersebut. Hal ini lebih kepada prinsip dan strategi dalam memperkuat identitas negaranya. Demikian juga dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (China) Xi Jin Ping, yang sudah bukan rahasia lagi bahwa ia juga mempunyai kemampuan berbahasa Inggris dengan baik. Hal itu diketahui oleh beberapa staf Joe Biden ketika Xi Jin Ping mengadakan meeting tersembunyi dengan Presiden Amerika Serikat (khususnya di San Fransisco), bahwa mereka berdua berkomunikasi dalam satu meja tanpa adanya penterjemah maupun alat penterjemah sama sekali. Meskipun demikian, Xi Jin Ping selalu menggunakan bahasanya sendiri ketika berada dalam pertemuan-pertemuan resmi internasional.
Presiden Tiongkok Xi Jinping diketahui memiliki pemahaman bahasa Inggris yang cukup baik, namun ia jarang menggunakan bahasa Inggris secara langsung dalam forum publik atau pertemuan internasional, kecuali saat pertemuan empat mata. Sebagai pemimpin negara, Xi lebih memilih untuk berbicara dalam bahasa Mandarin, yang dianggap sebagai bagian dari tradisi diplomasi Tiongkok sekaligus penghormatan terhadap bahasa nasional. Dalam situasi resmi, ia biasanya menggunakan penerjemah profesional untuk memastikan pesan yang disampaikan tetap akurat dan sesuai dengan maksudnya. Sementara itu, ada laporan bahwa Xi Jinping memiliki pengalaman belajar bahasa Inggris selama masa mudanya, termasuk saat mengunjungi negara-negara berbahasa Inggris. Namun, pilihan untuk tidak menggunakan bahasa Inggris di forum internasional lebih kepada strategi simbolis dan budaya, bukan keterbatasan kemampuan.
AKHIR KATA
Dalam diplomasi internasional, pilihan bahasa yang digunakan oleh seorang pemimpin negara memiliki implikasi yang signifikan. Menggunakan bahasa ibu dapat memperkuat identitas nasional dan memastikan keakuratan komunikasi, sementara penggunaan bahasa asing seperti bahasa Inggris dapat menunjukkan keterbukaan dan kemampuan beradaptasi dengan komunitas global. Namun, jika kemampuan dalam bahasa asing tersebut terbatas atau pas-pasan, hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman atau persepsi negatif. Oleh karena itu, penting bagi para pemimpin untuk mempertimbangkan dengan cermat pilihan bahasa mereka dalam konteks internasional, dengan mempertimbangkan kemampuan pribadi, konteks situasi, dan pesan yang ingin disampaikan. Kecuali apabila sang pemimpin itu adalah lulusan sekolah dari luar negeri dan sudah pernah tinggal di luar negeri dalam jangka waktu yang lama, bahasa tidak akan menjadi masalah baginya karena sudah pasti terjamin 100% fasih. Sekian.
REFERENSI:
1. https://www.liputan6.com/global/read/5822381/viral-vladimir-putin-tegur-pembicara-asal-jerman-yang-tak-gunakan-bahasa-jerman?utm_source=chatgpt.com
2. https://cekfakta.tempo.co/fakta/1318/tidak-terbukti-istri-shinzo-abe-pura-pura-tak-bisa-bahasa-inggris-saat-bertemu-donald-trump?utm_source=chatgpt.com
3. https://news.detik.com/berita/d-4611325/menyimak-bahasa-inggris-para-pemimpin-negara-dari-india-hingga-rusia?utm_source=chatgpt.com
4. https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2014/06/05/narendra-modi-may-join-the-list-of-world-leaders-who-refuse-to-speak-english/
5. https://translationjournal.net/journal/55interpreter.htm
6. https://abcnews.go.com/International/kim-jong-understand-english/story?id=61376777
7. https://www.scmp.com/week-asia/politics/article/2143760/hang-what-language-kim-jong-un-speaking
8. https://www.youtube.com/watch?v=cTgtQ3Fl1jw
9. https://youtu.be/vNPT4UvG36g
10. https://youtu.be/bhUrcBrqkfc
Posting Komentar