Pada awal Mei 2025, kunjungan Bill Gates ke Indonesia mencuri perhatian publik. Pertemuan antara Gates dan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka membahas kolaborasi strategis dalam bidang kesehatan, termasuk uji coba vaksin TBC M72/AS01E yang didukung oleh Gates Foundation. Indonesia dipilih sebagai salah satu lokasi uji klinis fase 3 vaksin ini, bersama negara-negara seperti Afrika Selatan, Kenya, Malawi, dan Zambia . Langkah ini menandai komitmen Gates dalam mendukung upaya global memberantas TBC, penyakit yang masih menjadi beban kesehatan di banyak negara berkembang.
ALASAN STRATEGIS DIBALIK PENGUJIAN VAKSIN TBC
Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di dunia dalam jumlah kasus TBC, dengan lebih dari 1 juta kasus dan sekitar 125.000 kematian pada tahun 2023 . Faktor ini menjadikan Indonesia sebagai lokasi strategis untuk menguji efektivitas vaksin M72/AS01E dalam kondisi nyata. Selain itu, Indonesia memiliki infrastruktur kesehatan yang memadai dan pengalaman dalam pelaksanaan program vaksinasi massal, seperti saat pandemi COVID-19. Hal ini mempermudah pelaksanaan uji klinis dan distribusi vaksin jika nantinya disetujui untuk penggunaan luas.
APA ITU VAKSIN M72/AS01E?
Vaksin M72/AS01E merupakan hasil kolaborasi antara GlaxoSmithKline dan Gates Foundation. Vaksin ini dirancang untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap TBC, terutama bagi individu yang sudah terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis namun belum menunjukkan gejala .
Uji klinis fase 2b sebelumnya menunjukkan bahwa vaksin ini memiliki efikasi sekitar 50% dalam mencegah perkembangan TBC aktif pada individu dengan infeksi laten. Jika hasil uji klinis fase 3 di Indonesia dan negara lain menunjukkan hasil serupa atau lebih baik, vaksin ini berpotensi menjadi alat penting dalam upaya global memberantas TBC.
REAKSI PUBLIK TERHADAP UJI COBA VAKSIN
Pelaksanaan uji klinis vaksin TBC di Indonesia memunculkan beragam reaksi. Sebagian masyarakat menyambut baik langkah ini sebagai upaya nyata dalam mengatasi masalah kesehatan yang serius. Namun, tidak sedikit pula yang menyuarakan kekhawatiran, terutama terkait transparansi dan keamanan uji klinis .
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa uji klinis ini telah memenuhi standar keamanan dan etika penelitian. Beliau juga menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan transparan kepada publik untuk menghindari kesalahpahaman dan spekulasi yang tidak berdasar.
MASYARAKAT INDONESIA CURIGA BAHWA INI BUKAN 'UJI KLINIS' MELAINKAN 'UJI COBA'
Belakangan ini, uji coba vaksin TBC di Indonesia menuai kontroversi dan menimbulkan reaksi keras dari sebagian masyarakat. Banyak warga mempertanyakan mengapa uji coba vaksin tersebut dilakukan di Indonesia dan bukan di negara maju seperti Amerika Serikat, tempat di mana perusahaan-perusahaan farmasi besar seperti yang didukung oleh Bill Gates berasal. Tak sedikit masyarakat menganggap bahwa rakyat Indonesia seolah dijadikan 'kelinci percobaan' oleh lembaga-lembaga global dengan dalih kemanusiaan dan penelitian ilmiah.
Kecurigaan ini muncul karena latar belakang dari uji coba tersebut dianggap kurang transparan dan melibatkan tokoh besar seperti Bill Gates yang selama ini dikenal aktif mendanai berbagai proyek kesehatan global melalui Bill & Melinda Gates Foundation. Masyarakat heran, mengapa vaksin tidak diuji terlebih dahulu di negara asal para penggagasnya, terutama mengingat data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa Amerika Serikat juga memiliki kasus TBC, meskipun dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan negara berkembang. Menurut Global Tuberculosis Report 2023 yang dirilis WHO, Amerika Serikat melaporkan sekitar 7.800 kasus TBC aktif pada tahun 2022, sedangkan Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia dengan lebih dari 900.000 kasus per tahun. Angka ini membuat Indonesia menjadi lokasi 'strategis' untuk uji coba klinis karena ketersediaan subjek penelitian yang tinggi, meskipun hal ini memicu kekhawatiran etis dari berbagai pihak.
Sebagian masyarakat juga meragukan manfaat langsung yang bisa diperoleh Indonesia dari partisipasi ini. Mereka bertanya, apakah uji coba ini akan memberikan akses vaksin gratis bagi masyarakat atau hanya sekadar memfasilitasi riset ilmiah yang hasil akhirnya menguntungkan pihak luar? Di media sosial, kekhawatiran ini ramai dibahas dan sering kali disertai dengan narasi bahwa Indonesia terlalu mudah menerima proyek asing tanpa pertimbangan jangka panjang terhadap dampak kesehatan masyarakat. Dalam konteks ini, penting bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk lebih terbuka menjelaskan manfaat, prosedur, serta standar keamanan dari uji coba tersebut guna menghindari salah persepsi yang dapat memicu ketidakpercayaan publik. Tanpa komunikasi yang baik, proyek-proyek kesehatan global seperti ini bisa dengan mudah disalahartikan sebagai eksploitasi, bukan kolaborasi.
TRAUMA RAKYAT INDONESIA BAHWA 'PEMAKSAAN' UNTUK DIVAKSIN AKAN TERJADI LAGI
Siapapun masyarakat Indonesia yang sudah pernah mengalami hidup pada tahun 2019 sampai 2023 pasti akan berpikir ulang untuk menerima vaksin lagi, karena pada kurun waktu tersebut sedang terjadi pandemi Covid-19 yang sudah menelan banyak korban jiwa di Indonesia. Namun demikian ada banyak fakta yang terjadi di masyarakat, jika dijelaskan berdasarkan data kependudukan dan geografi pasti akan sangat panjang. Oleh karena itu disini akan saya sebutkan beberapa contoh yang pernah saya lihat dengan mata kepala saya, diantaranya:
1. Tersengat Listrik Saat Memperbaiki Antena Televisi
Ada warga yang sedang memperbaiki antena televisi di atap rumahnya, tetapi berhubung ada kabel listrik 220 volt yang terkelupas maka dia tersengat dan terjun bebas diatas tanah, nafasnya sudah tersengal-sengal dan badannya kejang-kejang. Keluarganya membawa dia ke ICU agar segera ditangani oleh petugas medis, tetapi dia malah diminta test SWAB terlebih dahulu dan harus antri setengah jam lebih. Akhirnya orang yang tersengat listrik itu meninggal dunia. Para petugas medis menangani jenazah itu dengan prosedur covid-19 dan menandai orang itu sebagai orang yang terjangkit covid-19
2. Penduduk Desa Nggak Tahu Bahwa Dia Mengidap Hipertensi
Banyak penduduk desa yang masih awam dan nggak tahu bahwa mereka sedang mengidap hipertensi. Padahal saat itu mereka sedang mengurus sesuatu yang mendesak untuk dipergunakan secepatnya, seperti mengurus: KTP, membayar pajak kendaraan bermotor, dan mengurus administrasi kependudukan, SKCK, surat lamaran pekerjaan, dan juga keperluan lainnya. Namun demikian sangat disayangkan bahwa apabila mereka nggak mempunyai Sertifikat Vaksin maka nggak akan dilayani. Mau nggak mau mereka harus divaksin agar dapat memperoleh Sertifikat Vaksin tersebut. Padahal hari sangat panas dan antri sangat panjang. Seperti telah kita ketahui bahwa panas matahari maupun kondisi pikiran sangat berpengaruh pada tekanan darah. Tanpa mereka sadari tekanan darah mereka naik, sedangkan petugas medis inginnya serba cepat karena antrian bertambah banyak. Saat itulah orang-orang desa itu disuntik vaksin Astrazaneca, saya nggak tahu apakah alat pendeteksi tekanan darahnya rusak atau bagaimana sehingga petugas medis kok asal suntik saja. Sehari kemudian orang-orang itu tadi mengalami kondisi pembekuan darah dan kebas, padahal tekanan darah sangat tinggi. Akhirnya mereka meninggal dunia dan lagi-lagi para petugas medis menangani jenazah itu dengan prosedur covid-19 dan menandai orang itu sebagai orang yang terjangkit covid-19.
nggak bisa dipungkiri, jika mau jujur, masyarakat Indonesia banyak yang mengalami trauma. Mereka takut situasi seperti saat pandemi dulu terulang lagi. Pemerintah selalu memaksa warganya untuk divaksin, jika nggak mau divaksin maka akan dipersulit saat mengurus berbagai keperluan. Semua masyarakat Indonesia sudah tahu tentang hal ini. Menyedihkan, bukan?
APA ARTINYA UJI COBA INI?
Jika uji klinis vaksin M72/AS01E berhasil dan vaksin ini disetujui untuk penggunaan luas, Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara pertama yang mendapatkan akses ke vaksin tersebut. Hal ini dapat mempercepat upaya nasional dalam menurunkan angka kasus dan kematian akibat TBC. Selain itu, keberhasilan uji klinis ini dapat meningkatkan reputasi Indonesia dalam komunitas ilmiah global, membuka peluang untuk kolaborasi penelitian lebih lanjut, dan memperkuat kapasitas nasional dalam pengembangan serta produksi vaksin.
AKHIR KATA
Kunjungan Bill Gates dan pelaksanaan uji klinis vaksin TBC di Indonesia merupakan langkah signifikan dalam upaya global memberantas TBC. Meskipun menimbulkan pro dan kontra, dengan pendekatan yang transparan, partisipatif, dan berbasis bukti ilmiah, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat sistem kesehatannya dan memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kesehatan masyarakat global.
REFERENSI:
1. https://apnews.com/article/indonesia-bill-gates-prabowo-subianto-free-nutritious-meals-ae4e82867e8d909945d8b5e5490fabca
2. https://www.jpost.com/science/science-around-the-world/article-853179
3. https://en.antaranews.com/news/355069/indonesias-bpom-ensures-safety-benefits-of-tb-vaccine-trial
4. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cz63jlwll6eo
5. https://www.tempo.co/politik/indonesia-jadi-tempat-uji-coba-vaksin-tbc-bill-gates-menkes-tidak-ada-kelinci-percobaan-1384347
6. https://www.tempo.co/politik/publik-khawatir-wni-jadi-kelinci-percobaan-vaksin-tbc-bill-gates-begini-penjelasan-kemenkes-1383336
7. https://validnews.id/nasional/pakar-tanggapi-isu-kelinci-percobaan-vaksin-tbc-m
8. https://koran.pikiran-rakyat.com/opini/pr-3039340693/uji-klinis-vaksin-tbc-di-indonesia-picu-pro-kontra-antara-solusi-trauma-vaksin-covid-19
9. https://www.kompasiana.com/shirley292723/68224bd4ed641520f21e6599/buruk-sangka-terhadap-vaksin-tbc-rasionalkah
Posting Komentar