Fakta Penemuan Loudspeaker: Penemu-Penemu Yang Dianggap Sinting

Photo by Yassine Khalfalli on Unsplash


Loudspeaker adalah salah satu jenis penemuan revolusioner dalam industri audio dan multimedia yang akhirnya telah mengubah cara kita dalam mendengarkan suara. Pada artikel yang ini kita akan menjelajahi sejarah dan fakta menarik tentang penemuan loudspeaker pertama di dunia yang telah membuka pintu bagi kemajuan perkembangan teknologi audio modern. Pada awalnya, telegrafi menjadi satu-satunya metode komunikasi yang sangat dominan pada abad ke-19. Namun, para peneliti dan ilmuwan terus berusaha mencari suatu cara untuk mengubah sinyal listrik menjadi suara yang dapat didengar oleh seseorang dari jarak jauh. Berbagai upaya dilakukan dan upaya ini mendorong munculnya teknologi yang akhirnya mengarah pada penemuan loudspeaker.

Tepatnya pada awal tahun 1876 menjadi tonggak sejarah yang penting dalam penemuan loudspeaker. Waktu itu ada seorang laki-laki setengah baya bernama Alexander Graham Bell, seorang introvert yang gemar membaca buku dan dia hanya akrab dengan orang-orang yang dikenalnya saja. Suatu ketika Alexander Graham Bell dan Elisha Gray secara independen mengembangkan alat komunikasi yang disebut sebagai telepon.

Meskipun penemuan mereka fokus pada transmisi suara melalui kabel, langkah penting menuju loudspeaker telah diambil. Elisha Gray yang saat itu mengetahui bahwa Graham Bell juga sedang bekerja keras untuk mengembangkan telepon, merasa bahwa dia harus menemuinya untuk sekedar minum kopi dan berbincang mengenai suatu kerjasama. Waktupun berlalu dan tepatnya pada pertengahan tahun 1876 Elisha Grey dapat bertemu secara tidak sengaja dengan Graham Bell di suatu tempat yang pada jaman sekarang disebut coffee shop. Elisha Grey mengenakan blouse terusan berwarna kuning tua dipadankan dengan blazer coklat muda dengan syal kain wool biru dililitkan ke lehernya. Sedangkan Graham Bell menggunakan setelan jas berwarna abu-abu berpadu dengan kemeja warna krem dan dasi kupu-kupu, memakai topi cowboy berwarna krem. Mereka berkenalan, berjabat tangan dan mulai duduk diatas kursi tinggi saling berhadap-hadapan dengan meja bulat kecil setinggi siku sepaket dengan dua gelas kecil berisi kopi panas.

Sesuai yang tertulis di buku yang saya baca berjudul Alexander Graham Bell: The Reluctant Genius and His Passion for Invention karya Charlotte Grey, mereka berbincang-bincang dengan agak kaku. Bisa jadi karena mereka kurang dekat satu sama lain. Mereka berbincang dengan sangat serius mengenai teknologi, jenis-jenis logam dan kelistrikan sampai akhirnya kopi mereka habis dan saatnya pulang. Mereka berjabat tangan, saat itu adalah saat yang menyenangkan untuk mereka berdua karena dapat bertukar ilmu pengetahuan. Sampai suatu hari di akhir tahun 1876 menjelang Hari Natal, Alexander Graham Bell berhasil mengubah sistem komponen didalam pesawat telepon waktu itu dari yang suaranya kecil dan kurang jelas menjadi agak jernih dengan suara yang lebih enak didengar, nyaman, dan bisa sedikit lebih keras. Saking senangnya, Graham Bell berteriak 'YES!...YES!...I DID IT....I SWEAR I DID IT' lalu melemparkan topinya ke atap rumahnya dan menari-nari sampai dia tidak menyadari banyak orang melihatnya terus melakukan tarian mengepakkan kaki diatas tanah ala cowboy sambil tertawa-tertawa, saat itu banyak tetangganya menganggap Graham Bell sudah jadi sinting.

Kita tinggalkan kehidupan Alexander Graham Bell dengan prestasinya. Sekarang kita menuju ke tahun 1877, satu tahun setelah Graham Bell berhasil meng-upgrade hasil penemuannya. Terdapat seorang penemu dan insinyur berkebangsaan Jerman, orang memanggilnya 'the crazy ernest' seorang insinyur periang dan ramah. Nama aslinya adalah Ernst Werner von Siemens, menciptakan 'elektrofon', yang merupakan prototipe awal dari loudspeaker modern. Elektrofon adalah sebuah bulatan logam yang terdiri dari plat semacam PCB dengan kutub positif dan negatif, lengkap dengan membran logam tipis yang diikat pada sebuah elektromagnet. Ketika arus listrik mengalir melalui elektromagnet, membran bergetar dan menghasilkan suara yang dapat didengar. Serupa dengan yang dibuat oleh Graham Bell, perbedaannya ini berukuran lebih besar tetapi ada satu kelemahan, yaitu kurang praktis dan tidak bisa dijual kepada publik. Namun penemuan loudspeaker pertama yang praktis dan sukses secara komersial adalah karya Sir Charles Wheatstone, seorang fisikawan Inggris, pada tahun 1878, tepat satu tahun setelah Ernst Werner von Siemens menciptakan elektrofon. Wheatstone mengembangkan perangkat yang disebut "katafono", yang menggunakan kumparan elektromagnetik untuk menggetarkan diafragma logam. Katafono merupakan prototipe awal dari loudspeaker modern yang menghasilkan suara amplifikasi. Suaranya keras dan bening, tidak pecah. 

Tidak lama kemudian, pada tahun 1898, Oliver Lodge, seorang fisikawan dan penemu Inggris, memperkenalkan loudspeaker yang dikenal sebagai 'coherer'. Coherer adalah alat deteksi sinyal radio yang menggunakan efek elektromagnetik untuk mengubah gelombang elektromagnetik menjadi suara. Meskipun coherer bukan loudspeaker dalam arti sebenarnya, penemuan ini memberikan dasar untuk pengembangan teknologi loudspeaker di masa depan. Disusul dengan revolusi teknologi audio pada tahun 1924, dua pemuda enerjik dan penuh semangat bernama Chester W. Rice dan Edward W. Kellogg, insinyur dari Amerika Serikat, mematenkan loudspeaker pertama dengan desain yang lebih canggih. Mereka menggantikan diafragma logam dengan membran karton yang dilapisi kertas dan memperkenalkan penggunaan amplifikasi listrik. Loudspeaker ini membuka jalan bagi perkembangan teknologi audio yang lebih lanjut hingga seiring berjalannya waktu, loudspeaker terus mengalami perbaikan dan inovasi. Materi diafragma yang digunakan berkembang dari logam hingga kertas, plastik, dan serat karbon. Penggunaan magnet permanen dalam loudspeaker juga menjadi umum, menggantikan elektromagnet yang lebih rumit.

Selain itu, teknologi pengeras suara juga berkembang pesat, termasuk penggunaan multiple driver, seperti woofer, midrange, dan tweeter, yang menghasilkan suara yang lebih jernih dan detil di berbagai frekuensi. Perkembangan teknologi digital dan digital audio juga telah mempengaruhi perkembangan loudspeaker, termasuk adopsi pengolahan sinyal digital dan teknik reproduksi suara yang lebih presisi. Penemuan loudspeaker pertama di dunia telah membuka pintu bagi perkembangan industri audio modern. Dari elektrofon awal hingga loudspeaker yang digunakan dalam sistem audio high-end saat ini, perkembangan ini telah memungkinkan kita untuk menikmati suara berkualitas tinggi dalam berbagai aplikasi, mulai dari hiburan rumah tangga hingga sistem suara profesional di konser dan pertunjukan. Bila kita melihat di era ketika ilmuwan-ilmuwan itu masih hidup, loudspeaker tidak dapat mengeluarkan suara yang berbeda, semuanya sama. Sedangkan yang ada sekarang loudspeaker dapat mengeluarkan suara yang berbeda-beda karena interaksi kompleks antara beberapa komponen penting di dalamnya. Berikut adalah penjelasan singkat mengapa loudspeaker dapat menghasilkan suara yang berbeda-beda:

Cone atau diafragma: Cone atau diafragma adalah komponen yang bergetar dan berfungsi untuk memproduksi gelombang suara. Perbedaan dalam ukuran, bentuk, dan material cone dapat mempengaruhi karakteristik suara yang dihasilkan.

Voice coil: Voice coil adalah kumparan kawat yang melekat pada cone. Ketika arus listrik mengalir melalui voice coil, medan magnet di sekitarnya berubah, dan ini menyebabkan cone bergetar sesuai dengan sinyal suara yang diterima.

Magnet: Magnet yang ada di dalam loudspeaker menciptakan medan magnet yang menggerakkan voice coil. Perbedaan dalam ukuran, bentuk, dan material magnet dapat mempengaruhi kekuatan dan respons suara yang dihasilkan.

Suspensi: Suspensi adalah komponen yang memungkinkan cone bergerak secara bebas namun tetap terkendali. Suspensi yang berbeda-beda, seperti karet atau foam, dapat menghasilkan respons suara yang berbeda.

Casing atau kotak loudspeaker: Casing atau kotak loudspeaker mempengaruhi karakteristik suara melalui resonansi yang dihasilkan. Desain kotak, bahan, dan ukuran dapat mempengaruhi respons frekuensi dan kualitas suara yang dihasilkan.

Selain faktor-faktor di atas, perbedaan dalam elektronik pengendali, sirkuit, dan desain umum juga dapat memberikan kontribusi pada variasi suara yang dihasilkan oleh loudspeaker. Semua faktor ini saling berinteraksi dan berkontribusi untuk menghasilkan suara yang berbeda-beda pada loudspeaker yang berbeda. Itu semua adalah hasil karya para ahli tehnik audio jaman sekarang untuk terus menyempurnakan apa yang sudah dirintis oleh para ilmuwan jaman dulu.

Para pembaca blog Jatigift yang berbahagia, dari semua uraian saya tadi dapat kita ambil kesimpulan, penemuan loudspeaker pertama di dunia merupakan tonggak penting dalam sejarah audio. Dari elektrofon hingga loudspeaker modern yang kompleks, para penemu dan ilmuwan terus mengembangkan teknologi untuk menghasilkan suara yang lebih baik dan lebih jernih. Terima kasih kepada penemuan tersebut, kita dapat menikmati pengalaman mendengarkan suara yang memukau dan mendalam dalam kehidupan sehari-hari kita. Ada satu pelajaran yang dapat kita petik dari sini, apapun dan bagaimanapun karakter seseorang bukan patokan untuk menghakimi seseorang apakah dia akan sukses menjadi pemenang atau gagal dan menjadi pecundang. Tetaplah menjadi diri sendiri dan terus kembangkan skill dan kemampuanmu untuk membangun negara kita Indonesia tercinta ini. Sekian. Sampai jumpa lagi di artikel berikutnya!

Related Posts

Komentar

Populer Minggu Ini