Fenomena Orang Indigo: Fakta Yang Dianggap Halu Oleh Masyarakat

Photo by Jr Korpa on Unsplash

Fenomena orang indigo telah menjadi topik yang menarik perhatian masyarakat selama beberapa dekade terakhir. Istilah "orang indigo" digunakan untuk menggambarkan individu yang diklaim memiliki kemampuan atau kepekaan yang luar biasa dalam hal spiritualitas, intuisi, dan persepsi yang mendalam. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep orang indigo, mengungkap fakta-fakta terkaitnya, dan mempertimbangkan pandangan yang berbeda mengenai fenomena ini, bukan pertimbangan secara spiritual tetapi secara logika atau ilmiah dengan cara yang dapat dimengerti oleh orang awam.

Dari segi bahasa, semua orang pasti sudah memahami apa itu indigo. Tetapi sebenarnya istilah 'orang indigo' pertama kali diperkenalkan oleh parapsikolog dan penulis bernama Nancy Ann Tappe pada tahun 1970-an. Tappe mengklaim bahwa ia memiliki kemampuan melihat aura manusia dan menemukan bahwa ada individu dengan aura berwarna biru gelap atau indigo yang berbeda dari kebanyakan orang. Disini saya perlu menjelaskan bahwa tidak semua orang bisa melihat warna ungu, tetapi ada segolongan orang yang melihat warna ungu sebagai biru tua gelap, ada juga yang melihat warna biru sebagai warna hijau dan tidak bisa membedakan mana biru mana hijau. Nah, si Nancy ini percaya bahwa orang-orang dengan aura indigo ini memiliki sifat-sifat khusus dan potensi spiritual yang tinggi yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Menurut pandangan yang dikemukakan oleh Nancy dan pendukung konsep orang indigo, terdapat beberapa ciri-ciri yang umumnya dikaitkan dengan mereka, antara lain: kepekaan spiritual dan emosional yang tinggi, intuisi yang kuat dan kemampuan membaca energi, kreativitas yang melimpah dan pemikiran out of the box, sifat pemimpin yang alami dan keinginan untuk membawa perubahan positif, rasa empati yang mendalam terhadap orang lain dan makhluk hidup lainnya misalnya makhluk gaib. Meskipun banyak orang percaya pada konsep orang indigo, ada juga skeptisisme yang melingkupi fenomena ini. Beberapa kritikus menyatakan bahwa istilah ini kurang memiliki dasar ilmiah dan lebih merupakan hasil dari sugesti dan keyakinan pribadi. Mereka berpendapat bahwa karakteristik yang dikaitkan dengan orang indigo dapat ditemukan pada berbagai individu di luar kelompok yang diklaim sebagai "indigo." Tetapi ini tidak bisa dijadikan patokan karena tergantung siapa yang berbicara. Misalnya ada pembahawan tentang indigo dengan narasumber dua orang: yang satu seorang psikolog, satunya lagi seorang paranormal. Dilihat dari arah pembicaraannya pun tentu akan berbeda.

Dalam upaya memahami fenomena orang indigo, beberapa peneliti, dokter mata, dan psikolog telah mencoba memberikan penjelasan dari sudut pandang ilmiah. Mereka mengaitkan karakteristik yang dikaitkan dengan orang indigo dengan faktor-faktor seperti kecerdasan emosional, sensitivitas yang lebih tinggi, dan kreativitas yang berkembang. Beberapa peneliti, dokter mata, dan psikolog dari berbagai belahan dunia sudah banyak melakukan penelitian terhadap karakter dan keistimawaan dari orang indigo ini.

Meskipun banyak diantara masyarakat kita yang menyatakan bahwa orang indigo itu halu, suka mencari perhatian, membohongi masyarakat, dan sebagainya tapi para peneliti, dokter mata, dan psikolog itu menyatakan dari hasil penelitian ilmiahnya bahwa orang indigo itu tidak halu, secara fisik dan ilmiah ketika dokter mata memeriksa mata dari beberapa orang indigo di benua Eropa dan Amerika dengan metode laser dengan cara menganalisa kornea, retina mata dan syaraf yang berkaitan satu sama lain mereka benar-benar heran karena mata orang indigo rata-rata hampir sama dengan mata yang dimiliki oleh kucing, anjing, dan harimau dimana mereka dapat melihat spektrum warna yang secara umum tidak bisa dilihat oleh manusia kebanyakan yang ada di masyarakat.    

Secara umum spektrum warna di alam bebas yang dapat dilihat manusia adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Warna-warna tersebut biasanya terlihat ketika ada pembiasan cahaya, ketika ada pelangi, dan masih banyak lagi. Diluar warna-warna tersebut orang awam sudah kesulitan untuk melihatnya, tetapi orang indigo berbeda. Mereka dapat melihat warna diantara merah dan jingga, mereka dapat dengan jelas melihat warna setelah ungu yang mana itu mustahil dilakukan oleh orang awam. Keistimewaan orang indigo lainnya adalah tentang tempat yang minim cahaya, mereka bisa melihat dalam gelap lebih jelas daripada orang awam. Oh iya, saya lupa belum memberitahu para pembaca blog Jatigift darimana saya tahu hal ini. Saya mempunyai buku yang berjudul 'Indigos: The Quiet Storm' karya Nancy Tappe yang saya beli $14 di Amazon. Oleh karena itu saya ingin berbagi dengan anda semua dalam bentuk artikel singkat ini.

Konsep orang indigo telah mendapatkan popularitas yang signifikan melalui budaya populer, terutama melalui buku, film, dan media sosial. Sayangnya, popularitas ini juga telah menyebabkan komersialisasi dan penyalahgunaan konsep tersebut. Banyak individu yang mengklaim menjadi indigo atau menawarkan jasa terkait indigo dengan motif komersial yang meragukan. Jika anda cermati apa yang terjadi di negara kita Indonesia ini, banyak dukun palsu, banyak paranormal palsu, dan banyak pula yang mengaku sebagai indigo dengan tujuan untuk....yaa biasalah, anda juga sudah tahu, uang....Siapakah mereka? mereka adalah orang biasa yang sama sekali tidak dikenal oleh masyarakat luas, bahkan di kampungnya sendiri pun hanya segelintir orang yang percaya pada mereka. Lain halnya dengan yang sudah terkenal misalnya Sara Wijayanto, Risa Saraswati, Indy Ratna Pratiwi, Nicko Irham, dan semua pribadi istimewa yang tergabung dalam komunitas indigo yang mempunyai kantor resmi di Jakarta. Sepak terjang mereka di dunia offline dan online sudah banyak diketahui oleh masyarakat.

Sepanjang yang saya amati didalam kehidupan masyarakat kita, kebanyakan dari mereka tidak percaya dengan yang namanya indigo.....dan biasanya masyarakat kita salah dalam cara membuktikannya. Contohnya begini: ada beberapa youtuber yang ingin membuktikan kebenaran bahwa seseorang itu benar-benar indigo atau bukan dengan cara bertanya langsung kepada para ulama, ustad, kyai dan tokoh-tokoh agama, itu salah besar alias tidak nyambung. Jelas saja para tokoh agama akan menjawab sesuai dengan ilmu agama dan menganggap indigo sebagai pembohongan publik. Cara membuktikannya bukan semacam itu, itu salah. Cara itu sama saja seperti merendahkan sebagian masyarakat dan meninggikan sebagian lainnya. Sama saja bagaikan bertanya tentang kedalaman laut kepada ahli astronomi yang sudah pasti tidak akan nyambung namun melebar kemana-mana. Yang benar adalah bertanya kepada pakar metafisika dan pakar-pakar yang mempunyai keahlian tentang dunia supranatural. Sekarang ini di Indonesia sudah banyak ahli metafisika yang berpendidikan tinggi, tidak seperti jaman dulu, jadi mereka-merekalah tempat bertanya tentang hal=hal terkait indigo, bukan kepada ulama, ustad, dan kyai. Kecuali jika yang ingin ditanyakan adalah mengenai hadist, sabda Nabi, Keistimewaan Rosul atau juga menanyakan tentang hukum agama, syariat Islam, maka bertanyalah kepada para Kyai, ustad, dan tokoh-tokoh agama.

Kesimpulannya seperti ini, orang indigo tidak pernah minta untuk diistimewakan, orang indigo hanya ingin hidup normal seperti kebanyakan masyarakat Indonesia lainnya, jadi tidak perlu minta pembuktian atau apapun itu yang membuat orang-orang indigo malah merasa tidak nyaman. Terlepas dari kontroversi dan skeptisisme yang mengelilingi fenomena orang indigo, penting bagi setiap individu untuk memiliki kebebasan identitas dan penerimaan diri. Bagi mereka yang merasa terhubung dengan konsep orang indigo, hal ini dapat memberikan pemahaman diri yang lebih dalam dan memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Fenomena orang indigo telah menciptakan perdebatan yang panjang dan kontroversial dalam komunitas ilmiah dan masyarakat luas. Terlepas dari kebenaran atau valid dan tidaknya, konsep ini tetap relevan sebagai ekspresi kebebasan individu dan penerimaan terhadap perbedaan. Yang terpenting adalah tetap terbuka untuk dialog, mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, dan menghormati kebebasan individu dalam mengidentifikasi diri mereka sendiri. Sekian. Sampai jumpa lagi di artikel berikutnya.

Related Posts

Komentar

Populer Minggu Ini