Pernyataan Menteri ESDM Yang Kontroversial Mengenai Nasionalisme (Opini Pribadi 23) - JATIGIFT

Pernyataan Menteri ESDM Yang Kontroversial Mengenai Nasionalisme (Opini Pribadi 23)

nasionalisme-generasi-muda












Pernyataan Menteri Bahlil Lahadalia baru-baru ini tentang nasionalisme telah memicu kontroversi, khususnya tantangannya kepada individu yang memilih untuk pindah ke luar negeri. Komentarnya telah menuai tanggapan beragam, memperoleh dukungan dari sebagian orang yang sependapat dengan sentimen patriotiknya, sementara sebagian besar yang lain mengkritiknya habis-habisan karena tampaknya melemahkan aspirasi mereka yang mencari peluang di luar batas negara.


Jujur, saya sendiri agak tergelitik dengan sudut pandang semacam ini. Masa iya nasionalisme seseorang cuma diukur dari tempat tinggalnya? Seolah-olah kalau seseorang memilih pindah ke luar negeri, otomatis nasionalismenya luntur. Lalu bagaimana dengan para mahasiswa kita yang tinggal di luar negeri? Apakah nasionalisme mereka luntur atau bahkan hilang? Nggak! Ada banyak orang Indonesia yang kuliah di luar negeri mengambil S1 selama -+4 tahun. Setelah lulus mereka tinggal, bekerja, dan menetap disana selama 2-3 tahun untuk mengumpulkan uang, setelah mereka mempunyai uang akhirnya pulang ke Indonesia dan mendirikan berbagai bidang usaha untuk mengembangkan budaya lokal dengan menerapkan ilmu yang telah mereka dapatkan selama kuliah di luar negeri. Rata-rata bidang usaha mereka dapat menyerap banyak tenaga kerja, sehingga turut ambil bagian dalam mensejahterakan masyarakat dan membangun ekonomi Indonesia. Kalau saja mereka nggak cinta tanah air, pasti malas untuk pulang. Bukti sudah banyak, mereka pulang ke Indonesia karena rasa nasionalisme mereka sangat tinggi.


APAKAH PINDAH KE LUAR NEGERI BERARTI PENGKHIANAT?

Orang pindah ke negara lain karena berbagai alasan, seperti pekerjaan, sekolah, keluarga, atau untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Namun, itu nggak berarti mereka nggak cinta tanah air. Saya mengenal beberapa orang Indonesia yang tinggal di negara-negara berbeda tetapi masih memikirkan bangsa ini. Mereka bekerja di perusahaan besar di seluruh dunia tetapi masih memiliki budaya Indonesia di lubuk hatinya yang terdalam. 


Ya memang nggak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa wanita Indonesia yang menikah dengan pria dari luar negeri dan kemudian memilih tinggal disana ikut suaminya, apakah mereka harus pulang ke Indonesia demi rasa nasionalisme? Nggak, itu adalah hak mereka untuk menentukan langkah-langkah dalam hidupnya. Sebagian orang terpaksa pergi ke luar negeri untuk mengubah nasib supaya memiliki masa depan yang lebih baik, sebagian orang pergi tanpa paksaan untuk menetap di luar negeri karena mencintai pasangannya atau dengan kata lain 'menikah', sebagian orang pergi atas inisiatif sendiri untuk belajar di negara lain dan kemudian kembali ke rumah untuk menggunakan apa yang mereka pelajari guna membantu menjadikan Indonesia lebih baik. Nah, dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa rasa nasionalisme itu nggak harus dibuktikan dengan hadirnya fisik di negara ini. 


Kalau mau melihat dari sisi lain, nggak sedikit juga orang yang tinggal di Indonesia, tapi kontribusinya minim, bahkan merugikan negara. Misalnya, koruptor yang jelas-jelas menguras kekayaan negeri sendiri. Apa mereka lebih nasionalis hanya karena KTP-nya masih Indonesia? Kalau mereka mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi, nggak mungkin ada kasus korupsi 300 Triliyun dan dihukum cuma 20 tahun. For your information, pada tahun 2008 koruptor di Tiongkok sana dihukum mati dengan cara ditembak dibelakang kepalanya karena merugikan negara 100 juta yuan (10 milyar rupiah). Bagaimana dengan Indonesia? Ya! Negara ini harus berbenah. Seperti kata seorang penyair Ebiet Ghofur Ade, memang bila kita kaji lebih jauh, dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista. Fisik mereka berada di Indonesia, hati mereka berada di dunia fantasi, tindakan mereka adalah tindakan pidana. Tiada nasionalisme di hati mereka.


Buat saya, nasionalisme adalah soal hati dan tindakan, bukan cuma soal tempat tinggal atau dokumen kependudukan. Nasionalisme berarti ikut serta membangun bangsa, dalam bentuk apa pun. Bisa lewat ilmu, budaya, ekonomi, atau sekadar menyebarkan nama baik Indonesia di dunia internasional. Kalau ukurannya cuma soal tinggal di mana, lalu bagaimana dengan para diplomat, atlet, atau tenaga kerja Indonesia yang bertahun-tahun tinggal di luar negeri? Mereka membawa nama Indonesia ke dunia, memperkenalkan keunikan budaya kita, bahkan sering kali berjuang lebih keras daripada orang-orang yang hanya duduk nyaman di dalam negeri. Ada banyak contoh nyata orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri tapi tetap punya kontribusi besar untuk negeri ini. Mereka bikin startup, membangun komunitas Indonesia di perantauan, atau bahkan tetap mengirimkan devisa ke tanah air. Jadi, apakah mereka kurang nasionalis?


RESPECT DAN HARGAILAH PILIHAN ORANG LAIN

Pernyataan seorang pejabat negara seharusnya mencerminkan wawasan yang luas dan pemahaman mendalam tentang realitas masyarakat. Faktanya, banyak orang Indonesia yang tinggal di luar negeri bukan karena nggak cinta negeri ini, tapi justru karena ingin mencari peluang yang lebih baik. Mereka bisa saja balik suatu saat dan membawa perubahan besar untuk bangsa. Menghormati pilihan hidup orang lain adalah bagian dari kedewasaan dalam bernegara. Apalagi di era globalisasi seperti sekarang, batas antarnegara semakin kabur. Banyak orang bekerja di luar negeri tapi tetap berkontribusi untuk Indonesia. Begitu juga sebaliknya, ada orang yang tinggal di Indonesia, tapi justru lebih sibuk mencari keuntungan pribadi tanpa peduli dengan kemajuan bangsa.


AKHIR KATA

Nasionalisme nggak bisa dinilai dari tempat tinggal. Ia bukan sekadar label yang ditempel berdasarkan lokasi seseorang. Yang lebih penting adalah bagaimana seseorang berkontribusi untuk Indonesia, di mana pun mereka berada. Jika seseorang memutuskan untuk tinggal di negara lain, itu tidak apa-apa karena itu adalah pilihannya. Mencintai negara bukan hanya tentang dimana tempat tinggalnya tetapi tentang bagaimana dia membantu dan merawatnya. Ditambah lagi, di dunia saat ini, orang-orang dapat melakukan hal-hal baik untuk negaranya meskipun dia tinggal di tempat lain. Banyak jalan menuju nasionalisme, dan itu lebih dari sekadar soal tempat tinggal.

Posting Komentar