PPDB 2025 Zonasi Tetap Dipertahankan Tapi Apa Ada Solusi Untuk Semua Drama Yang Terjadi? (Opini Pribadi 22) - JATIGIFT

PPDB 2025 Zonasi Tetap Dipertahankan Tapi Apa Ada Solusi Untuk Semua Drama Yang Terjadi? (Opini Pribadi 22)

 

gedungsekolah

Setiap tahun, saat siswa baru mendaftar sekolah, keadaan menjadi sangat kacau. Masalah besarnya adalah sesuatu yang disebut zonasi. Ini adalah cara untuk memastikan semua anak memiliki kesempatan yang adil untuk bersekolah, tetapi juga dapat menimbulkan banyak kebingungan dan masalah. Orang tua sering kali tidak mengerti cara kerjanya, siswa dapat merasa sedih tentang pilihan sekolah mereka, dan terkadang sekolah mengalami kesulitan karena aturannya tidak selalu berjalan dengan baik.


Banyak siswa berprestasi yang malah nggak bisa sekolah karena sistem ini, salah satu dari mereka adalah anak dari tetangga saya sendiri. Kejadian itu saya ketahui dari tetangga saya, karena saat itu saya sedang mudik ke Solo selama dua bulan untuk suatu proyek pekerjaan. Seorang anak perempuan berumur 13 tahun, sejak kelas satu sampai kelas 6 SD selalu dapat ranking satu. Dia adalah anak perempuan yang selalu ceria dan disukai oleh semua teman-temannya. Anak itu cantik, pinter, rajin belajar, dan selalu membuat orang tuanya bahagia sehingga ayahnya semakin bersemangat dalam bekerja demi putri tercintanya ini. Tetapi harapan tinggallah harapan, karena ketika akan mendaftar di SMP yang diincarnya malah gagal karena sudah nggak ada kursi lagi untuk siswa baru alias kuota sudah penuh. Mendaftar di SMP yang kualitasnya lebih rendah juga gagal karena sudah over-capacity. Kemudian ayahnya mengantarkannya untuk mendaftar ke SMP diluar kota dan ditolak karena sudah berada diluar zonasi yang ditetapkan pemerintah. Ternyata bukan dia aja yang ditolak, banyak juga yang ditolak. Akhirnya selama dua bulan si anak itu jadi pendiam dan selalu murung karena tidak bisa bersekolah lagi. Setelah saya balik ke Jakarta, ternyata anak perempuan yang cantik dan pintar itu sudah dimakamkan.


Nah, mulai tahun 2025 ini, kerangka PPDB akan mengalami perubahan, tetapi transformasi yang signifikan nggak mungkin terjadi karena sistem zonasi akan tetap berlaku. Kekhawatiran utamanya adalah apakah perubahan ini akan benar-benar memperbaiki situasi atau hanya menciptakan kontroversi baru. Sistem zonasi telah menjadi isu yang kontroversial sejak diperkenalkan, dengan tujuan awalnya adalah untuk memastikan bahwa sekolah-sekolah populer dapat diakses oleh lebih banyak siswa, sehingga semua anak dapat menerima pendidikan berkualitas tanpa perlu bepergian ke sekolah yang jauh.


Beberapa sekolah nggak sebaik sekolah lainnya. Ini artinya nggak semua siswa bisa belajar di tempat yang bagus atau memiliki guru yang benar-benar pandai mengajar. Jadi, jika seorang anak tinggal di dekat sekolah yang nggak terlalu bagus, mereka mungkin nggak punya banyak pilihan dan harus tetap bersekolah di sana. Prestasi mereka sudah jelas menurun dan menjadi nggak semangat belajar karena sekolahnya jelek menurut pandangan mereka.


PERUBAHAN KONSEP PPDB 2025

Secara teori, pendekatan ini tampaknya menjadi solusi yang lebih adil. Pendekatan ini akan memberikan kesempatan bagi siswa yang memiliki kemampuan yang baik tetapi tinggal di daerah yang sekolahnya mungkin nggak memenuhi standar yang tinggi untuk diterima di lembaga pendidikan yang lebih bermutu. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa perubahan tersebut dapat menyebabkan persaingan yang semakin ketat di antara siswa, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan peningkatan tingkat stres dan kecemasan saat mereka berusaha memenuhi kriteria baru. 


Menyeimbangkan pertimbangan ini akan menjadi penting saat pemerintah melanjutkan rencananya untuk merombak sistem PPDB. Menurut informasi terbaru yang beredar, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menerapkan beberapa modifikasi pada PPDB (terutama pada sistimnya yaitu Sistem Penerimaan Siswa Baru). Salah satu perubahan yang paling sering dibahas melibatkan potensi integrasi kriteria zonasi dan prestasi. Ini berarti bahwa, selain mempertimbangkan kedekatan rumah siswa dengan sekolah, prestasi akademik dan non-akademik juga akan memainkan peran penting dalam proses penerimaan siswa.


Salah satu kendala utama yang harus diatasi adalah kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah yang sering dianggap kurang diminati. Selama kesenjangan yang signifikan masih ada di antara berbagai lembaga, sistem zonasi cenderung akan terus memperparah keadaan. Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil pendekatan yang lebih proaktif dalam meningkatkan standar di semua sekolah dengan berinvestasi pada fasilitas penting, mempekerjakan staf pengajar yang berkualifikasi, dan mengadopsi metodologi pembelajaran yang inovatif. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa transparansi dalam proses penerimaan siswa diperkuat. Harus ada langkah-langkah ketat untuk mencegah terjadinya manipulasi atau praktik penipuan terkait klaim tempat tinggal, yang telah lazim di masa lalu. Jika peraturan seputar penerimaan ditingkatkan tetapi praktik nggak jujur ​​terus berkembang, pada dasarnya hal itu merusak integritas sistem dan merupakan bentuk penipuan, alias 'sama aja bohong'.


AKHIR KATA

Saat kita menanti perubahan yang diantisipasi dalam PPDB (Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru) 2025, kita hanya dapat berharap bahwa modifikasi ini akan lebih dari sekadar penyesuaian teoritis di atas kertas. Sangat penting bahwa ada tindakan dan reformasi konkret yang dapat benar-benar dialami oleh siswa, orang tua, dan lembaga pendidikan. Jika perubahan ini dangkal atau dilaksanakan dengan buruk, kita mungkin akan bergulat dengan perdebatan dan isu yang sama di tahun mendatang. Setiap kebijakan pada dasarnya memiliki serangkaian kelebihan dan kekurangannya sendiri. Zonasi, meskipun dibangun atas dasar niat baik, berpotensi memperburuk ketimpangan dalam lanskap pendidikan jika nggak dilaksanakan secara efektif. Tantangan yang terkait dengan zonasi dapat menyebabkan kesenjangan yang lebih besar alih-alih hasil yang adil yang ingin dicapai. Apa pendapat Anda tentang masalah ini? Apakah Anda percaya bahwa perubahan yang diusulkan pada kerangka PPDB akan mengarah pada perbaikan yang berarti dalam sistem pendidikan kita, atau apakah itu hanya akan menambah lapisan kompleksitas dan kebingungan?

Posting Komentar