Fakta Menu Makanan Ekstrim Laba-laba Besar Berkaki Delapan di Kamboja - JATIGIFT

Fakta Menu Makanan Ekstrim Laba-laba Besar Berkaki Delapan di Kamboja

Kamboja adalah negeri yang kaya akan budaya, sejarah, dan keindahan alamnya. Tetapi ada satu aspek kuliner yang mungkin mengejutkan banyak orang, yaitu banyaknya jenis makanan ekstrim. Salah satunya adalah tarantula goreng yang mana masyarakat disana menjadikan binatang ini sebagai salah satu menu favorit disana. Kalau di negara kita, makanan favorit yang wajar adalah ayam goreng, ayam panggang, daging sapi goreng, rendang, sate kambing, bakso, indomie goreng, dan sebagainya. Apakah benar di Kamboja ada kuliner ekstrim berupa tarantula goreng? Ya, benar. Ada satu jenis binatang di negara itu yang tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan liar, tetapi juga menjadi makanan ekstrem yang menantang selera dan mengundang rasa penasaran bagi para petualang kuliner dari seluruh dunia. Jika anda ingin menguji nyali anda, silahkan mencobanya. Mari kita jelajahi fakta-fakta menarik tentang tarantula goreng di Kamboja.

Tarantula goreng, yang dikenal sebagai 'A-ping' dalam bahasa Khmer, adalah makanan tradisional yang berasal dari wilayah pedesaan di Kamboja. Sebagai bagian dari budaya setempat, makanan ini telah ada selama berabad-abad dan menjadi bagian penting dari hidangan yang disajikan dalam acara-acara khusus atau perayaan di beberapa komunitas. Tarantula yang digunakan sebagai makanan di Kamboja biasanya adalah tarantula yang masih muda (anak tarantula) karena teksturnya tidak terlalu keras. Jenis yang dijadikan makanan adalah laba-laba yang masuk dalam spesies Haplopelma albostriatum, yang memiliki tubuh besar dan cukup berisi. Rata-rata ukuran tubuh anak tarantula jenis ini berdiameter 10 centimeter, rentang kaki satu sisi tubuhnya adalah 9 centimeter. Jadi, total ukuran dari ujung kaki kanan ke ujung kaki kiri adalah 28 centimeter atau 11 inchi. Sebelum digoreng, tarantula diambil dari lubang mereka dan kemudian dibersihkan secara hati-hati. Setelah itu, tarantula digoreng dalam minyak panas hingga kulitnya mengeras dan warnanya berubah menjadi cokelat kehitaman.

Mungkin terdengar menakutkan, menyeramkan, bahkan mengerikan, tetapi banyak orang Kamboja yang memakan tarantula goreng menggambarkan rasanya sebagai kombinasi antara ayam dan ikan. Tekstur krispi dari kulit luar yang garing berpadu dengan daging yang lembut di dalamnya memberikan sensasi unik bagi para penikmatnya. Masyarakat Kamboja, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun orang lanjut usia suka mengkonsumsi tarantula goreng dipadukan dengan irisan wortel, saus tomat pedas, daun salad, dan mentimun dipadukan dengan nasi putih panas. Dalam keadaan darurat atau di daerah terpencil, tarantula goreng seringkali menjadi sumber protein yang berlimpah bagi penduduk setempat.

Kehadirannya sebagai makanan tradisional memberikan alternatif penting untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat di daerah tersebut. Hal ini sebagai akibat dari kekejaman pemerintah Kamboja di masa lalu setelah adanya kudeta antara pihak partai oposisi Khmer Merah melawan pemerintah Kamboja yang akhirnya dimenangkan oleh Khmer Merah, dipimpin oleh PolPot. Setelah resmi menjadi pemimpin Kamboja, Polpot memerintah semua warganya dengan sangat kejam. Siapapun yang tidak patuh kepadanya akan dibunuh dengan cara yang sangat sadis, seperti: dimutilasi dalam keadaan hidup, dimasukkan kandang harimau lapar dalam keadaan hidup, di bor kepalanya dan dituangi cairan garam, dan dibunuh perlahan-lahan dengan cara diwajibkan kerja paksa untuk membangun sebuah kota yang akan dipergunakan sebagai tempat tinggal Polpot tanpa diberi makan sedikitpun. Calon kota itu bernama kota Skun.

Sejak saat itulah para penduduk yang diwajibkan ikut kerja paksa harus mencari cara agar mereka bisa makan supaya tetap hidup. Mereka terus saja mencangkul dan menggali tanah tanpa istirahat, karena mereka diperintahkan untuk membangun kota Skun sampai siap ditinggali oleh Polpot. Jika mereka kedapatan beristirahat maka tentara Khmer Merah mencambuki tubuh dan wajah mereka sampai mandi darah, para tentara itu tidak peduli dengan jeritan kesakitan para pekerja itu. Hingga tiba saatnya ketika para pekerja sudah mencapai daerah lembab, mereka semua mulai mencangkul tanah disitu, lembab tapi berbatu sehingga ketika dicangkul pasti menimbulkan getaran-getaran, mereka menemukan banyak lubang di tanah itu yang berdiameter antara 12 centimeter sampai 15 centimeter. Mereka tidak menyadari, ternyata ada ratusan lubang disekitar mereka. Barangkali karena adanya getaran bertubi-tubi maka keluarlah ratusan laba-laba besar berbulu yang kita kenal dengan nama Tarantula beserta anak-anaknya yang membuat para pekerja dan tentara Khmer Merah terpukau, takut, dan merasa ngeri saking banyaknya tarantula yang merayapi dan menyengat sebagian besar pekerja disitu. Tentara Khmer Merah takut namun tidak bisa berbuat banyak dan harus pasrah disengat oleh hewan-hewan itu sampai menemui ajalnya dan menjadi santapan para spesies tarantula itu. Mereka tidak sadar bahwa tempat itu adalah.....SARANG TARANTULA!!!

Beberapa hari kemudian para pekerja yang selamat terpaksa harus memakan apa saja untuk bertahan hidup. Mereka terpaksa memakan tarantula-tarantula yang sudah mati tertembak oleh tentara Khmer Merah. Berhubung tidak ada api maka tidak ada jalan lain lagi, mereka memakan tarantula-tarantula itu mentah-mentah. Setelah beberapa tahun rezim Polpot tumbang, masyarakat bisa hidup lebih tenang meskipun tetap kelaparan. Dengan adanya peristiwa-peristiwa yang dialami oleh keluarga mereka di masa lalu, masyarakat Kamboja mulai menemukan cara untuk memasak tarantula dengan lebih baik. Sehingga di tahun 2023 ini para wisatawan dari seluruh dunia banyak yang penasaran dengan negara Kamboja dan memutuskan untuk berlibur disana. Bagi para petualang kuliner, mencoba tarantula goreng menjadi salah satu pengalaman unik dan menarik selama berkunjung ke Kamboja. Banyak restoran atau penjual makanan jalanan di beberapa kota besar seperti Phnom Penh dan Skun (yang dijuluki sebagai 'Kota Tarantula') yang menawarkan tarantula goreng sebagai menu khas mereka untuk menarik wisatawan yang berani mencicipi makanan ekstrem ini. Apakah anda berani mencicipi tarantula goreng? Anda pasti tidak akan menjawabnya, tapi kalau saya ditanya seperti itu maka saya pasti akan segera menjawabnya dengan jujur 'TIDAK' dan karena saya orang Jawa asli, saya akan bertanya: 'Wani piro?'

Namun, seiring dengan popularitas tarantula goreng, muncul pula isu konservasi dan pertimbangan etis seputar pengambilan tarantula dari alam liar. Beberapa spesies tarantula yang digunakan dalam kuliner ini mengalami tekanan karena perburuan yang berlebihan, sehingga diperlukan pengawasan dan pengaturan yang tepat untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan populasi tarantula. Tarantula goreng di Kamboja adalah contoh menarik dari bagaimana makanan dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan warisan suatu negara. Meskipun mungkin menantang bagi beberapa orang, bagi yang berani, mencicipi tarantula goreng bisa menjadi cerita petualangan kuliner yang tak terlupakan dan memberikan wawasan lebih dalam tentang keberagaman budaya dan kuliner di Kamboja. 

Tapi jika anda penasaran dan belum pernah melihat tarantula secara langsung di alam bebas, di negara kita juga ada. Cobalah datang ke kebun pisang didaerah anda dan temukan adanya lubang agak besar yang ada di batang pohon pisang bagian bawah, posisinya didekat akar. Itu adalah sarang tarantula. Biasanya si induk berada di dasar lubang, sedangkan anak-anaknya berada kurang lebih satu jengkal dari lubang itu. Mereka yang masih kecil sebesar tutup botol air mineral, biasanya berwarna seperti warna daun pisang yang sudah kering. Saat ingin menangkapnya, anda harus berhati-hati karena mereka sangat banyak dan bisa menyebar kemana-mana. Mereka berjalan sangat pelan dalam mengangkat kaki-kakinya namun dapat berlari sangat cepat. Lebih baik dilakukan oleh orang yang sudah profesional dibidang ini, atau seorang pawang. Tubuh seorang pawang biasanya sudah kebal terhadap segala jenis racun serangga dan reptil. Saya Jati S Watorokito, sampai jumpa di artikel berikutnya. Salam sukses!

Posting Komentar