Image by OpenClipart-Vectors
Sebelumnya saya tidak percaya begitu saja pada berita ini, karena bisa jadi berita ini adalah sebuah kebohongan atau HOAX saja. Tapi setelah ada banyak siaran berita dari beberapa stasiun televisi internasional, salah satunya adalah Al Jazeera, saya jadi percaya dan yakin bahwa berita itu 100% benar. Saya melihat berita itu dari awal sang presenter membacakan beritanya. Presenternya cantik sekali, lupakan! Beginilah beritanya, silahkan disimak.Militer Israel menerima perintah untuk mengebom rumah-rumah warga Israel dan bahkan basis militer mereka sendiri ketika mereka menghadapi pejuang Hamas yang belum terlihat disana. Tujuan mereka adalah untuk membersihkan area itu dari para pejuang Hamas, siapa tahu pasukan Hamas masuk rumah warga dan bersembunyi disana. Dengan mengebom dan menembaki rumah-rumah warga maka bisa dipastikan para pejuang Hamas yang bersembunyi bisa terbunuh. Tentara Israel menjalankan perintah pengeboman dan penembakan itu pada tanggal 7 Oktober 2023, menurut laporan investigatif yang baru-baru ini diterbitkan oleh Max Blumental, editor-in-chief The Grayzone, sebuah situs berita independen. Laporan investigatif itu mengatakan bahwa dibalik tempat perlindungannya, pasukan Hamas belum memulai serangan karena masih menganalisa siapa saja orang-orang didepan mereka, warga sipil atau tentara Israel? Namun sebelum pasukan Hamas bertindak, ternyata tentara Israel sudah lebih dulu mengebom dan menembaki rumah-rumah warganya sendiri.
Banyak pihak menanyakan 'Berapa banyak warga Israel yang dikabarkan 'dibakar hidup-hidup' yang sebenarnya bukan dibakar hidup-hidup tetapi tewas akibat bom dan tembakan dari pihak mereka sendiri?' Jawabannya adalah.....sangat banyak. Hal ini perlu diadakan koordinasi agar tidak memperkeruh situasi. Tuval Escapa, anggota tim keamanan untuk Kibbutz Be'eri, mendirikan hotline untuk berkoordinasi antara penduduk kibbutz dan tentara Israel agar jika ada pejuang Hamas bersembunyi di rumah-rumah warga Israel, mereka bisa lebih mudah untuk diidentifikasi. Tetapi ini adalah cara yang salah. Dia memberitahu surat kabar Israel, Haaretz, bahwa ketika keputusasaan mulai terjadi, 'Para komandan di lapangan membuat keputusan sulit - termasuk mengebom rumah-rumah dengan penghuninya untuk menghilangkan pejuang Hamas bersama dengan para sandera'. Mereka tidak peduli dengan warganya sendiri karena mereka menganggap kalau banyak warga sipil Israel yang ikut terbunuh, itu bukan masalah mereka karena dunia internasional pasti menganggap bahwa pejuang Hamas yang membunuh mereka.
Laporan terpisah yang diterbitkan di Haaretz mencatat bahwa militer Israel 'terpaksa meminta serangan udara' terhadap basis militer dan fasilitas mereka sendiri di dalam Erez Crossing ke Gaza untuk mengusir pejuang Hamas yang telah menguasai kontrol, dan para petinggi militer Israel pun menyetujuinya dan langsung dilakukan saat itu juga. Basis tersebut penuh dengan pejabat Administrasi Sipil Israel dan tentara pada saat itu. Kebanyakan militer Israel mengatakan tidak masalah jika basis militer mereka dibom dan semua pejabat didalamnya terbunuh, lagipula mereka tidak berharga karena mereka bukan tentara, hanya pejabat Administrasi Sipil biasa. Laporan-laporan ini menunjukkan bahwa perintah datang dari komando tinggi militer untuk menyerang rumah dan area lain di dalam Israel untuk membersihkan pejuang Hamas, bahkan tidak peduli pada banyaknya warga Israel yang terbunuh.
Seorang wanita Israel bernama Yasmin Porat mengonfirmasi dalam wawancara dengan Israel Radio bahwa militer 'tanpa ragu' membunuh banyak warga nonkombatan Israel selama pertempuran dengan militan Hamas pada 7 Oktober. 'Mereka menghabisi semua orang, termasuk para sandera' katanya, merujuk pada pasukan khusus Israel. Seperti yang dilaporkan oleh David Sheen dan Ali Abunimah di Electronic Intifada, Porat menjelaskan 'tembakan saling silang dari senjata-senjata yang sangat berat' dan tembakan tank Israel, yang menyebabkan banyak korban di antara warga Israel. Saat ditahan oleh para penembak Hamas, Porat ingat, 'Mereka tidak menyiksa kami. Kami diperlakukan dengan sangat manusiawi... Tidak ada yang memperlakukan kami dengan kekerasan, tidak seperti tentara Israel dalam memperlakukan sandera-sandera asal Palestina'. Dia menambahkan, 'Tujuan para pejuang Hamas adalah untuk menculik kami ke Gaza, bukan untuk membunuh kami'
Menurut Haaretz, 'setidaknya 112 warga Be'eri tewas,' tulis surat kabar itu. 'Lainnya diculik. Sebelas hari setelah pembantaian, tubuh seorang ibu dan anak laki-laki ditemukan di salah satu rumah yang hancur. Dipercayai bahwa masih ada lebih banyak jenazah yang tergeletak di reruntuhan'. Sebagian besar pengeboman di Be'eri dilakukan oleh awak tank Israel. Seorang reporter dari i24, outlet yang disponsori oleh Kementerian Luar Negeri Israel, mencatat selama kunjungan ke Be'eri ada banyak rumah-rumah kecil dan indah diledakkan dan hancur, taman yang terawat dirusak oleh jejak kendaraan lapis baja, mungkin tank'.
Helikopter serang Apache juga berperan besar dalam respons militer Israel pada 7 Oktober. Para pilot mengatakan kepada media Israel bahwa mereka terbang cepat ke medan perang tanpa intelijen apa pun, tidak dapat membedakan antara pejuang Hamas dan warga nonkombatan Israel, namun bertekad untuk 'mengosongkan perut' mesin perang mereka. 'Saya merasa bimbang tentang apa yang harus ditembakkan, karena begitu banyak dari mereka, yang mana Hamas, yang mana warga sipil, saya tak tahu, saya tembaki mereka semua' kata seorang pilot Apache. Video yang difilmkan oleh penembak Hamas menunjukkan dengan jelas bahwa mereka dengan sengaja menembak banyak warga Israel dengan senapan Kalashnikov pada 7 Oktober. Namun, pemerintah Israel tidak puas hanya dengan mengandalkan bukti video yang diverifikasi. Sebaliknya, mereka terus menyuarakan klaim yang telah dicabut mengenai 'bayi-bayi yang dipenggal' sambil mendistribusikan foto-foto 'mayat yang terbakar tak dikenali' untuk bersikeras bahwa para penembak dengan kejam membakar para sandera mereka, dan bahkan memperkosa beberapa orang sebelum membakar mereka hidup-hidup. Pemerintah Israel meyakini bahwa tentara mereka semua baik hati, para pejuang Hamas itulah yang jahat.
Tujuan di balik pameran kekejaman Tel Aviv ini jelas: menggambarkan Hamas sebagai 'lebih buruk dari ISIS' sambil membudayakan dukungan untuk serangan terus-menerus oleh militer Israel terhadap Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang, termasuk setidaknya 2500 anak-anak. Sementara ratusan anak yang terluka di Gaza telah diobati karena luka bakar tingkat keempat yang diakibatkan oleh senjata baru, fokus media Barat tetap terpaku pada warga Israel yang mengklaim mereka 'dibakar hidup-hidup' pada 7 Oktober. Pemerintah Israel juga mengatakan kepada Amerika bahwa tentara-tentara Israel sedang berjuang untuk menghadapi para teroris berbahaya yang dikenal dengan sebutan 'Pejuang Hamas'. Dari pernyataan itulah Amerika menurunkan bantuan persenjataan kepada Israel. Selain itu Amerika juga menurunkan ribuan pasukan siap tempur untuk membantu Israel.
Namun, bukti yang semakin banyak tentang perintah tembakan dari komandan militer Israel sangat menunjukkan bahwa setidaknya beberapa gambar paling menggemparkan dari mayat warga Israel yang terbakar, rumah-rumah Israel yang hancur menjadi reruntuhan, dan kendaraan yang terbakar yang disajikan kepada media Barat sebenarnya adalah karya awak tank dan pilot helikopter yang menyerang wilayah Israel dengan tembakan, tembakan meriam, dan rudal Hellfire. Memang, tampaknya pada 7 Oktober, militer Israel menggunakan taktik yang sama yang telah mereka gunakan terhadap warga sipil di Gaza, meningkatkan jumlah kematian warganya sendiri dengan penggunaan senjata berat secara sembarangan agar tuduhan dijatuhkan kepada Hamas dan agar Hamas semakin dibenci oleh dunia Internasional. Pemerintah Israel ingin mencitrakan kepada dunia bahwa Hamas lebih berbahaya daripada ISIS.
Setelah melihat siaran berita itu, saya berpikir.....mengapa harus ada fitnah? Mengapa warga sipil yang harus dilindungi malah dibunuh? Semoga perang segera berakhir......atau menunggu terjadinya 'Hari Akhir'
Sumber: Al Jazeera English
Posting Komentar