Fakta Dalam Masyarakat Muslim Modern: Hantu, Pocong, dan Kuntilanak Itu Tidak Ada

Gambar oleh Adina Voicu dari Pixabay

Dalam budaya Indonesia, terdapat banyak cerita dan legenda tentang makhluk-makhluk astral yang menakutkan seperti pocong dan kuntilanak. Makhluk-makhluk ini sering dianggap sebagai hantu yang menghantui orang-orang di malam hari. Namun, saat kita menganalisis secara logis dan rasional, kita dapat menemukan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa pocong dan kuntilanak hanyalah bagian dari imajinasi kolektif masyarakat tradisional negeri ini. Artikel ini bertujuan untuk menyoroti beberapa alasan yang mendukung klaim oleh masyarakat muslim modern bahwa hantu, pocong, dan kuntilanak sebenarnya tidak ada.

Asal Usul Mitos Pocong dan Kuntilanak

Pocong adalah sesosok hantu dalam kepercayaan masyarakat Indonesia yang dikatakan sebagai arwah orang yang telah meninggal dunia yang terjebak dalam kain kafan. Pocong biasanya digambarkan dengan tubuh yang terbungkus rapat dalam kain kafan putih, dengan wajah yang terlihat gelap mirip daging busuk, kadang hanya matanya saja yang terlihat sedikit di antara jahitan kafan. Asal usul mitos pocong berkaitan erat dengan tradisi pemakaman di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan penguburan jenazah.

Dalam kepercayaan masyarakat, pocong terjebak di antara alam dunia dan alam gaib karena ada sesuatu yang mengganjal atau terlupakan saat proses penguburan atau bisa juga dia mempunyai dendam kepada seseorang semasa hidup dan belum terbalas. Beberapa teori juga mengaitkan pocong dengan kepercayaan bahwa arwah yang tidak mendapatkan pemakaman yang layak akan berubah menjadi makhluk tersebut. Cerita-cerita mengenai pocong kemudian menyebar melalui tradisi lisan, cerita rakyat, dan media.

Berbeda dengan pocong, Kuntilanak juga termasuk dalam kategori hantu yang dikenal di masyarakat Indonesia digambarkan dalam tiga versi. Versi pertama: kuntilanak digambarkan sebagai wanita cantik berambut panjang, memiliki kulit pucat, mata merah, dan kuku panjang yang tajam. Versi kedua: Kuntilanak digambarkan sebagai perwujudan hantu berbentuk wanita dengan rambut gimbal atau berantakan memanjang sampai siku tangan, kulit gelap, bermata merah, berwajah mengerikan, berbaju putih mirip daster yang sudah lama tidak dicuci, dan sering tertawa ditengah malam. Versi ketiga: Kuntilanak versi yang ini digambarkan berwujud sama dengan versi kedua tetapi berbeda penampilan. Kuntilanak jenis ini biasanya berbaju merah darah, berambut panjang, dengan aroma tubuh yang wangi sangat menyengat ketika dia datang, berwajah sesuai dengan apa yang orang pikirkan, jarang tertawa, suka menyeringai dan lebih ganas daripada versi kedua, kuntilanak jenis inilah yang suka main fisik, bisa melemparkan benda-benda padat di dunia manusia. Selain tiga versi tersebut, secara umum kuntilanak diyakini merupakan roh wanita yang meninggal dengan cara tragis atau tidak wajar, seperti dalam kecelakaan atau pembunuhan. Mitos kuntilanak tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan variasi cerita dan deskripsi yang berbeda.

Asal usul kuntilanak dapat ditelusuri ke berbagai tradisi dan legenda nenek moyang Indonesia. Beberapa cerita mengaitkan kuntilanak dengan kesedihan dan dendam yang kuat dari wanita yang meninggal secara tidak wajar. Kuntilanak sering dikaitkan dengan rimbunnya pohon nangka, beringin, trembesi, atau tempat-tempat yang dianggap keramat dan terbengkalai. Mitos ini berkembang melalui cerita turun-temurun dan menjadi bagian dari cerita rakyat dan tradisi lisan.

Dalam kedua kasus ini, asal usul mitos pocong dan kuntilanak adalah hasil dari perpaduan antara kepercayaan spiritual dan tradisi budaya yang berkembang di Indonesia. Meskipun keduanya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat, keberadaan dan cerita-cerita mengenai pocong dan kuntilanak tetap menjadi bagian yang menarik dalam budaya Indonesia, mewarnai tradisi, cerita rakyat, dan hiburan populer seperti film, sinetron, video youtube, dan sebagainya.

Meskipun demikian, adakalanya manusia mengalami hal supranatural tanpa disengaja, misalnya hal yang terjadi pada diri saya sendiri saat bekerja di salah satu perusahaan Exim di Sukoharjo, Jawa Tengah. Waktu itu saya kos di daerah Gawok, kecamatan Gatak, Sukoharjo. Lokasi itu tidak jauh dari makam dan perlintasan kereta api yang sering makan korban nyawa. Terus terang bikin trauma, saya pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan setelah bekerja seharian dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, sudah badan capek, handphone kehabisan baterai, pikiran pusing, tanggal tua pula. Sampai di kosan sudah gelap, ternyata mati lampu dan tidak ada pemberitahuan kapan listrik akan menyala lagi. Saya mengambil sebatang lilin di dapur, menyalakannya dan berjalan melewati beberapa ruangan untuk mengambil perlengkapan mandi dan pakaian bersih dikamar saya. Kebetulan dirumah saat itu sedang tak ada orang, cuma diri saya sendiri. Tapi anehnya ketika saya menuju kamar mandi, ada suara orang mandi, saya curiga soalnya saat itu banyak maling berkeliaran. Saya mengambil balok kayu merbau sepanjang satu meter. Kayu merbau adalah kayu dari Kalimantan untuk bahan proyek bangunan, bobotnya lumayan berat, lumayanlah kalau untuk memukul kepala si maling, dijamin puyeng. Tangan kiri saya memegang lilin dan tangan kanan saya memegang balok kayu merbau.

Nafas saya saat itu agak kacau, tahu sendiri kan? Saya kelelahan pulang kerja, baru ingin mandi saja sudah harus mengalami hal yang menyebalkan ini. Suara orang mandi masih terdengar jelas di telinga saya, saya sudah tidak bisa sabar, saya pun berteriak 'Woiyy!! sopo sing neng njero ndang metuo! Aku arep adus!'--(Woiyy!! siapa yang di dalam cepat keluar! Aku mau mandi!). Dalam kondisi gelap gulita, hanya diterangi lilin kecil ditangan kiri, dengan hati-hati saya letakkan lilin disamping pintu kamar mandi, balok kayu saya pegang dengan dua tangan dengan persiapan tenaga full untuk memukul kepala siapapun yang keluar dari kamar mandi. Kenapa suara orang mandinya hilang? Kemudian saya pasang telinga baik-baik dan saya tendang pintu kamar mandi GUBRAAAKKK....saya terdiam didepan pintu kamar mandi, kran air menyala, lantai basah seperti habis tersiram air....gelap, senyap, sepi, tak ada siapapun. Dalam hati sempat heran dan merinding juga, tetapi saya meletakkan balok di lantai pelan-pelan dan berusaha menenangkan diri. Saya pun ngomong sendiri 'Lha sing adus iki mau sopo yo? kok ora ono sopo-sopo'(Lha yang mandi ini tadi siapa ya? kok tidak ada siapa-siapa). Habis itu dari belakang saya dalam jarak dua jengkal terdengar suara 'Aku mas' dan saya pun pelan-pelan menoleh ke belakang dengan ragu-ragu, keringat di wajah saya semakin banyak dan mendorong saya untuk membalikkan badan. Setelah saya membalikkan badan....Masya Allah ada perempuan versi kedua, dengan gemetaran dan keberanian yang saya paksakan langsung saja saya baca doa-doa dan ayat-ayat Alquran dengan lantang hingga sosok didepan saya hilang dengan sendirinya. Saya tidak tahu akhirnya seperti apa karena setelah kejadian itu semuanya gelap, ketika mata saya terbuka sudah ada pak Kyai dan teman-teman sedang baca Alquran mengelilingi tempat tidur saya.

Dari semua uraian dan pengalaman pribadi saya diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hantu, pocong, dan kuntilanak itu sebenarnya ada, karena pada dasarnya mereka adalah jin yang menjelma menjadi perwujudan-perwujudan itu. Jika ada masyarakat Modern yang mengatakan bahwa jin dan setan itu tidak ada, berarti mereka harus belajar agama dengan lebih rajin lagi agar mengerti bahwa mereka para jin juga makhluk Allah SWT yang sama-sama disuruh beribadah seperti dalam QS: Az Zariyat ayat 56 yang berbunyi 'Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku'. Bahwa sesungguhnya semua jin itu tidak bisa dilihat oleh manusia, tapi bukan berarti mereka tidak ada....mereka ada tetapi manusia diberi hijab agar terpisah dengan dunia mereka. Kita manusia tidak bisa melihat mereka dalam bentuk aslinya, kecuali hanya manusia-manusia terpilih yang diberi kemampuan itu, seperti Rosulullah SAW, Nabi Isa a.s, Nabi Adam a.s, Nabi Sulaiman a.s, dan nabi-nabi yang lain, juga para waliyullah.....Bagaimana dengan paranormal? Kenapa mereka bisa melihat hantu, jin, dan semacamnya? Jangan dipahami mentah-mentah seperti itu, paranormal-paranormal di Indonesia kan tidak bisa melihat wujud aslinya, mereka hanya melihat jelmaannya saja, jelmaan jin yang berupa pocong, kuntilanak, tuyul, leak, lampor, dan sebagainya. Harap cermati ayat ini:

Manusia tidak dapat melihat jin dalam bentuk yang asli karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ

“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia menanggalkan pakaiannya dari keduanya untuk memperlihatkan–kepada keduanya–‘auratnya. Sesungguhnya, ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya, Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. Al-A’raf:27)


Lalu bagaimana dengan manusia biasa yang katanya bisa melihat hantu? bukan melihat, itu salah besar. Bukan melihat tapi diperlihatkan, kenapa diperlihatkan? karena saat manusia bisa melihat jelmaan jin  itu bisa jadi ketika dia dalam keadaan down, capek, ngantuk, energi tubuh menipis, low frequency sehingga bisa sejajar dengan frekuensi gelombang rendah tempat mereka berada. Orang normal dalam kondisi sehat dan fit bisa melihat jelmaan jin hanya dalam bentuk hewan yang biasanya berwujud ular, kalajengking, kelabang, dan laba-laba berbulu. Selain itu hanya Allah SWT yang Maha Tahu. Sekian. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Related Posts

Komentar

Populer Minggu Ini