Fakta Singkat Tentang Masuknya Agama Hindu di Indonesia
Jejak Sejarah Pertama di Tanah Kalimantan
Pertama-tama, sebelum abad ke-1 Masehi para pedagang dari India dan Tiongkok memasuki Nusantara. Dulu belum ada Indonesia karena masih bernama Nusantara, tetapi supaya lebih mudah saya tetap menyebutnya dengan nama Indonesia. Mereka datang silih berganti, yang paling banyak saat itu adalah pedagang dari India. Diantara mereka ada yang berasal dari Andhra Pradesh, Kerala, Maharasthra, Punjab, dan sebagian Devanagari. Dari awal mereka memasuki perairan kita, semua barang dagangan mereka adalah barang-barang yang memang sangat dibutuhkan oleh penduduk lokal. Sesampainya di daratan Indonesia, para pedagang itu membaur dengan penduduk lokal untuk melaksanakan transaksi jual beli. Pada saat itulah mereka menjadi semakin akrab satu sama lain, penduduk lokal yang kala itu menganut kepercayaan animisme dan dinamisme mulai tertarik untuk mempelajari ajaran agama Hindu yang dibawa oleh pedagang India. Sedangkan segolongan penduduk yang lain mulai tertarik untuk mempelajari ajaran agama yang dibawa oleh pedagang Tiongkok, yaitu Buddha. Disebabkan oleh karena pedagang India lebih banyak, maka merekalah yang banyak meninggalkan jejak sejarah penyebaran agama Hindu sampai dengan abad ke-1 Masehi.
Jejak sejarah Agama Hindu di Indonesia dapat ditelusuri kembali pada abad ke-1 Masehi lewat beberapa prasasti yang ditemukan pada era kerajaan Kutai Martadipura, Kalimantan Timur berupa Yupa (berbentuk tiga batu hitam) menunjukkan kehadiran Hindu di Nusantara. Ini sejalan dengan interaksi maritim antara saudagar-saudagar Kutai Martadipura dan saudagar-saudagar Hindu dari kepulauan lain pada masa itu. Selanjutnya, Pengaruh kuat dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatera memberikan kontribusi signifikan terhadap penyebaran Agama Hindu di Indonesia. Meskipun Sriwijaya berprinsip agama Buddha, tetapi juga banyak memiliki tokoh agama Hindu yang secara aktif menyebarkan agama Hindu di tanah Sumatera dan berlanjut sampai di tanah Kalimantan dan sebagian kecil pulau Jawa. Sriwijaya, sebagai pusat perdagangan maritim, menjalin hubungan intensif dengan India Selatan yang kala itu merupakan pusat penyebaran agama Hindu-Buddha. Melalui jalur perdagangan laut, ajaran Hindu tersebar ke berbagai wilayah Nusantara, membentuk fondasi budaya dan kepercayaan masyarakat setempat. Ditambah dengan adanya penemuan prasasti-prasasti di daerah Trowulan, Jawa Timur yang berhubungan dengan Sriwijaya menjadi bukti sejarah yang meneguhkan peran penting Sriwijaya dalam membawa dan menanamkan Agama Hindu yang tersebar pada sebagian besar pulau-pulau di Indonesia.
Jika ditelusuri secara lebih terperinci, integrasi agama Hindu di Indonesia tidak hanya bersifat agama, melainkan juga mencakup aspek-aspek kebudayaan. Hal ini tercermin dalam seni, arsitektur, dan sistem pemerintahan lokal di berbagai kerajaan di Nusantara yang mengadopsi nilai-nilai Hindu. Seni relief candi seperti Prambanan dan Borobudur, arsitektur istana, serta filosofi pemerintahan lokal menggambarkan perpaduan yang erat antara kepercayaan Hindu dan kekayaan budaya Indonesia. Dalam konteks ini, sejarah Hindu di Indonesia tidak hanya menjadi catatan keagamaan, tetapi juga cerminan dari pluralitas budaya yang memperkaya dan membentuk identitas bangsa.
Jejak Sejarah Kedua Hindu Memasuki Tanah Jawa di Jaman Majapahit
Setelah adanya masa-masa itu, didukung pula adanya masa kejayaan kerajaan Majapahit yang merupakan babak penting dalam sejarah masuknya Agama Hindu di Indonesia. Majapahit juga memberikan kontribusi besar pada pembentukan tradisi keagamaan dan budaya Nusantara. Kerajaan ini, yang berpusat di Jawa Timur, mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 Masehi, menjadi kerajaan Hindu terakhir yang besar di Indonesia sebelum penyebaran agama Islam. Majapahit, dengan kekuasaan yang meliputi sebagian besar wilayah Indonesia dan beberapa wilayah di Thailand, Singapura, Vietnam, dan Filipina menjadi pusat penyebaran dan pemeliharaan Agama Hindu. Prasasti-prasasti dan artefak sejarah menggambarkan keberlanjutan praktik keagamaan Hindu di berbagai lapisan masyarakat Majapahit. Sistem pemerintahan, seni, dan arsitektur Majapahit mencerminkan kuatnya pengaruh agama ini, menciptakan fondasi budaya yang masih terasa hingga saat ini.Agama Hindu Mulai Berkembang Pesat di Tanah Jawa dan Bali
Abad ke-14 Masehi menandai puncak kejayaan Majapahit di bawah kepemimpinan Raja Hayam Wuruk. Pada masa ini, Agama Hindu berkembang pesat hingga mencapai tingkat kecemerlangan dalam praktik keagamaan, sastra, dan seni. Karya-karya sastra seperti 'Negarakertagama' menjadi saksi penting tentang kuatnya pengaruh Hindu pada masa itu, menciptakan warisan kebudayaan yang mendalam di seluruh nusantara sebelum berakhirnya masa kejayaan kerajaan Majapahit. Pada akhir masa kejayaah kerajaan ini terjadi hal yang diluar dugaan, agama Hindu bukan hanya berkembang pesat, tetapi sudah sangat maju pesat melebihi aliran animisme dan dinamisme yang populer pada masa itu. Setelah kerajaan Majapahit benar-benar runtuh, semua masyarakatnya masih tetap setia memeluk ajaran agama Hindu dan tetap mengenangnya sebagai kerajaan Hindu terakhir yang besar di Indonesia sebelum datangnya agama Islam. Meskipun kemudian Islam menjadi dominan, warisan Majapahit tetap terasa dalam bentuk-bentuk seni, kebudayaan, tradisi keagamaan, dan adat istiadat di berbagai wilayah Indonesia.
Dimulai pada awal abad ke-16 setelah keruntuhan kerajaan Majapahit, para sesepuh kerajaan Majapahit, para Resi, dan para keturunannya yang masih hidup tetap menyebarkan ajaran agama Hindu sampai akhir hayatnya. Mereka mendatangi kerajaan-kerajaan kecil yang pernah tunduk dibawah pemerintahan Hayam Wuruk di Jawa Tengah dan Jawa Barat, bahkan hingga ke pulau Bali. Akan tetapi sebenarnya bukan hanya mereka yang menyebarkan ajaran agama Hindu di Bali, ada banyak saudagar India yang jauh lebih dulu menyebarkan agama tersebut. Bahkan para saudagar India itu sudah lama membaur dalam tradisi lokal masyarakat Bali, mempunyai istri dan keturunan disana sejak abad ke-15. Sudah lama mereka berhubungan baik dengan seorang Brahmana bernama Dang Hyang Nitartha, mereka juga berhubungan baik dengan para Pemangku (orang suci/pemimpin upacara adat Hindu di Bali) sehingga mereka dapat diterima dengan baik oleh penduduk Bali.
Pada saat itu tidak ada tempat ibadah khusus yang bisa menampung banyak orang, maka mereka beserta para Pemangku dan penduduk Bali membuat sebuah tempat ibadah yang berukuran tidak terlalu besar bernama Pura Dang Kahyangan. Namun dengan bertambahnya jumlah penganut agama Hindu, pura tersebut tidak menyediakan cukup tempat untuk beribadah dengan nyaman.
Singkat cerita, oleh karena itulah dibangun sebuah pura yang besar di lepas pantai Desa Beraban, Tabanan, Bali. Pura itu sangat besar, penduduk Bali kala itu menyebutnya dengan nama Pura Tanah Lot. Menurut keyakinan masyarakat Bali, Pura Tanah Lot hadir dalam konteks penyebaran agama Hindu, dimulai oleh seorang brahmana bernama Dang Hyang Nitartha, atau terkenal dengan nama Dang Hyang Dwijendra. Kedatangan Dwijendra tidak hanya menciptakan gebrakan spiritual, namun juga menerima sambutan hangat dari Raja Dalem Waturenggong, penguasa Bali pada masa itu. Dukungan yang diberikan oleh raja ini memainkan peran krusial dalam menjamin kesuksesan penyebaran agama Hindu di Bali. Penyebaran agama tersebut menjangkau hingga ke seluruh pelosok desa, bahkan sampai menyeberang ke pulau Lombok (saat itu namanya masih Lombok, bukan NTB). Hal itu berarti masyarakat menerima agama ini dengan baik bukan hanya di Bali, tetapi juga di seluruh Indonesia.
Berdasarkan informasi dari situsbudaya.id , agama Hindu mendapat sambutan positif dari masyarakat Indonesia karena nilai-nilainya yang sejalan dengan budaya dan kepercayaan lokal. Sejak kedatangan Hinduisme dan Buddhisme di Nusantara, agama Hindu telah berkembang pesat dan diadopsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Keunikan ajaran-ajaran Hindu, seperti konsep karma dan dharma, telah menyatu harmonis dengan keberagaman budaya dan adat istiadat di Indonesia. Hal ini menjadikan Hinduisme tidak hanya sebagai sistem kepercayaan, tetapi juga sebagai bagian dari identitas dan keberagaman spiritual masyarakat Indonesia.
Akhir Kata
Sebagai kesimpulan, masuknya Agama Hindu di Indonesia mengukir jejak sejarah yang mendalam. Dari prasasti-prasasti kuno hingga peninggalan budaya yang kita nikmati hari ini, pengaruh Hindu tetap relevan. Sebuah warisan yang memperkaya keberagaman Indonesia yang bersemboyan 'Bhinneka Tunggal Ika'. Meskipun pada awal abad ke-16 mengalami pasang surut yang disebabkan karena masuknya Islam menggeser dominasi Hindu di beberapa wilayah, namun Hindu tetap bertahan dan menjadi agama mayoritas di Bali. Bali, dengan keunikan budayanya, menjadi penjaga tradisi Hindu di Indonesia dan menjadi daya tarik wisata yang tak terbantahkan. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua. Amin.REFERENSI:
1) Buku Sejarah kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, Penerbit Ombak (2013) oleh Ririn Darini2) Buku Sejarah Nasional Indonesia, Balai Pustaka (1983) oleh Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, R.P. Soejono
3) Buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (2005) oleh Slamet Muljana
4) Buku Hikayat Majapahit - Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara, Elex Media Komputindo (2020) oleh Nino Oktorino
5) situsbudaya.id - Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia
Komentar